Sabtu, 06 April 2013

Konsep Nahu dan Tasawwuf



Konsep Nahu dan Tasawwuf
di diskusi keagamaan waroeng podjok santri ·
@Ashbah AbiAqiel
BISMILLAAHIRROHMAANIRROHIM.
"ALKALAMU HUWA ALLAFDZHU ALMUROKKABU ALMUFIIDU BILWADH'IY.”
Perkataan yg baik adalah sinergi antara ucapan dan langkah, yakni ketika ucapanya selalu terkait dgn masyi-atulloh dah langkahnya selalu menyertai ucapanya. Sehingga besar faidahnya bagi hati para pendengarnya, karena mengandung anwar dan asror dan keluar dari qalb nya.
Adapun atsar yg trjadi pd si pendengar bisa: khaufan muz'ijan, atau syauqan muqliqan. (ketakutan yg sangat thd Allah, at rindu tak terperi yg membuat lupa diri).
Kalau perkataan tsb hy keluar dr lisan tnp dibarengi dg qalb maka sipendengar pun hanya sampai pd telinganya saja.
Dalam maqalah lain disebutkan: alkalam allafdz almurokkab adlh... Ucapan yg baik harus bersatu antara. Qalbu dgn lisan yg brfaidah "tanwir" at "tarqiyah wasyuhud"pd sipendengar, dan ucapan tsb adl dzikrul haqiqi.
Atau brsatu antara "qalb dan ruh" atau "ruh dan sirr" dan itu mrpakan "dawamussyuhuud".
Faidah lain fil akhirot.. "ajron jaziilan dan ihsanan jamiilan" fil jannah.
Kalau kita blm bisa brkata seperti demikian, maka alangkah baiknya menahan lisan... Dalam hadits "rohima allohu 'abdan sakata fasalima au takallama fagonima"... Allah sangat sayang pd hambanya yg menahan perkataanya maka selamatlah dia dari dosa, dan apabila di berkata2 maka dia dan pendengarnya mendapat keuntungan.
Syaikh al buzaidi r.a mengatakan " alfaqiiru ashadiqu bikalimatin wahidatin yuqdhi alfa hajatin, wal faqiiru alkadzibu bi alfi kalimatin laa yuqdhi hajatan wahidatan." seorang faqir yg jujur, hanya dg satu kalimat saja bisa memenuhi seribu hajat, sdgkan seorang faqir pembohong walaupun dgn seribu kata nya tak bisa memenuhi satu hajat pun..
Wallohu a'lamu.
PEMBAGIAN "KALAM"
WA AQSAAMUHU TSALATSATUN ISMUN WAFI'LUN WAHARFUN JA-A LIMA'NAN
adapun bagian2 kalam yg bisa dipakai untuk "wushul ila hadhrotillah" ada 3.
I. ISIM:
yaitu "dzikrul ismi almufradi bil hakikat.. Ae lafdzhul jalalah... "wadzkurisma robbika watabattal ilaihi tabtiilan"... Memutuskan semua perkataan lisan kecuali berucap "ALLAH".. inqitha'an kulliyyan lailan wanaharon. Hanya Allah yg terucap pd lisan siang dan malam karna lafadz "allah" adl sulthanul asma-i.
Dan terus menerus sehingga tak ada satu pergerakan pun kecuali "allah" dan lalu menyatu dgn daging dan darahnya dan merambah pd "sirr anwar"nya. Pd waktu itulah trjadi "ittihadu addzakir walmadzkur". Dgn sendirinya dzikr akan pindah ke qalb lalu ke ruh dan ke sirr... Sampailah dia pd "mahallussyuhud wal'iyan", pd waktu itulah terjadi "dzikrullisan dzanban minadzdzunub 'inda musyahadati 'allaamil guyub" "hasanatul abrori sayyi'atul muqarrabin".
II. FI'IL:
Yakni "mujahadatunnafs fii kharqi 'awa-idiha" pemaksaan diri melawan penghalang dan penyeleweng nya.
"kaifa tukhroqu laka al'awa-idu wa anta lam takhruq min nafsika al'awa-id".
Perjuangan mujahadah ini tergantung sebab 'awa-id nya, yakni : katsrotul kalam, katsrotunnaum, katsrotul akli, dan 'awa-id paling sulit ditaklukan adalah hubbul jaah warriyasah wal maal..
Dan semua 'awa-id itu harus di kharqu / dihancurkan dgn : shumt, sahr, alju'u, jg yg lebih suli adlh adzdzullu, alfaqr, dan annuzul ilaa ardhil khumul. "idfan wujudaka fii ardhil khumul * fama nabat mimma lam yudfan laa yatimmu natajuhu.
Yg dimaksud ardh khumul disini adl sesuatu yg menjatuhkan jaah dipandangan manusia. Karena "kullama saqotho min 'ainil kholqi 'adzhuma fii 'ainil haqqi", begitupun sebaliknya..
III. HARAF:
Yang dimaksud dg haraf adalah "harf annuroni" yaitu "attham'u fil wushul ilalloh" at "ila ridhwanihi" at "ila karamatin min karaamaatil auliya" at "ila na'imillah adda-im", dan semua bisa ditempuh apabila seorang murid mmpunyai "himmah 'aliyah" dan "qorihah kamilah" walaupun "harf" yg ini diperlukan hanya pd bidayah dan harus dibuang ketika "nihayah".
Adapun "haraf dzhulmani", insya Allah akan dibahas pd "walharfu maa la yashluhu ma'ahu dalilul ismi wala dalilul fi'li".
Kesimpulan dari ismun wafi'lun wa harfun.:
ismun adalah adzdzikru ae ibadah quliyah yg bersumber pada syari'at "an ta'budahu".
fi'lun adalah ibadah fi'liyyah yg brsumber pada thariqot "an taqshidahu".
Dan harf adalah ibadah haliyah. Yg brsumber dari hakikat kauniyah yg hilang stelah brtemu dgn haqiqat ilahiyah "an tasyhadahu",
semuanya terangkum dlm hadits " assyari'atu maqaalii, watthariqatu fi'alii, walhaqiqatu halii" "man 'arofa nafsahu faqod 'arofa robbahu".
Qola ta'ala "faminhum dzholimun linafsihi" (ahlu syari'at yg brtamassuk dg aqwaal rosul.)
"waminhum muqtashid" (ahlu thariqot yg brtamassuk dg qaul dan fi'lu rosul).
"waminhum saabiqun bilkhoiroot" ( ahlu haqiqot yg brtamsuk dg akhlaq Rosul).
CIRI ISIM.
FAL ISMU YU'ROFU BILKHOFDHI WATTANWIINI WADUKHUULIL ALIFI WALLAAMI WAHURUFUL KHOFDHI.
Adapun "isim" yang menjadi mulazamatullisan bagi kita, itu adalah lafadz "Alloh" yang menunjukkan kepada 'ainul musamma nya yakni "Dzatulloh", bisa ditemukan ketika kita melatih diri kita menjadi.
I. "KHOFADH" yaitu "attahaqquqi biddzulli wassufliyyah"... merendahkan diri dengan bertawadhu' dan menahan hawa ...nafsu untuk tidak sombong dan bermegah diri....."Tadzallal liman tahwa falaisal hawa sahlun...Idza rhodhiya almahbuub shohha laka alwashlu".... Rendahkanlah hatimu dan hinakan dirimu ketika kau berhadapan dengan yang kau ingini.... karena apabila dia telah ridho pada kita maka kita bisa masuk kedalam lingkungannya..
dzullu yg dimaksud adalah dzullu annafi, karena ketika 'izzunnafs hilang, hiduplah ruuh kita.
II."ATTANWIN" yg terbagi beberapa bagian.
1. TAMKIN:
membiarkan Alloh untuk memberi kesempatan kita khidmah padanya dengan cara berkhidmah pada syaikh mursyid. dan ini memerlukan kemauan dan husnuddzon dari kita untuk memulainya,
2. "TANKIR"
memulai menjauhi manusia dan berkhalwat sehingga diri kita merasa "betah berlama2" dzikrulloh. "mahma auhasyaka min kholqihi fa'lam annahu aroda an yu'nisaka bihi"
3. "'IWADH"
menggantikan "ghina" dgn faqir, "khilthoh dgn 'uzlah, "'izz dgn dzull" dan memehami bahwa tak ada yg buruk pada semua yg Alloh ciptakan bagi diri kita.
4. "MUQABALAH"
menghadapi "izzu arrububiyyah dgn dzillu al'ubudiyyah", "tahaqqoq biwashfika yumidduka biwashfihi".... nyatakanlah shifatmu yg hina maka Alloh akan menyatakanmu dengan shiftnya yg Luhur.... muqobalah intinya menggantikan detiap sifat buruk yg kita punya dengan sifat baik yang diridhoi Allah, seperti "albukhl bissakha-i" , "takabbur dgn tawadhu'", "hiqdu dan hasad dgn salamati asshodri", tergesa gesa dan umpatan dengan ta'ann' begitupula sikap-sikap dan perbuatan yg buruk dgn pebuatan yg baik..... "inal hasanaati yudzhibna assayyi'aati".
III. "ALIF LAM"
adalah "isyarotun ilaa dukhuulil hadhrati alqudsiyyah, yaitu mengenal dan mencari Alloh dgn melalui lisaanul Anbiyaa-i warrusuli dan para khalifahnya yaitu al awlya-i wal 'ulama-i. dgn menjalankan semua ciri ciri yg telah disebutkan sehingga sampai pd "mahaalul musyahadah wal mukalamah wal muwajahah wal mukafahah.
IV.KHURUFIL KHOFDHI.:
Al Haqq jg bisa di temukan dengan asbaabil khofdh, yaitu segala sesuatu yg membuat kita nuzuul ke ranah tawadu' dan sufliyyat. yaitu :
"MIN", ini adalah isyarah untuk "ibtida-ussairi" memulai pejalanan yaitu albidayah minal mujahadah.
 "ILA", yaitu isyarah pada tujuan akhir yakni "annihayah al musyahadah" "faman asyroqot bidayatuhu asyroqot nihayatuhu" 
 "'AN", melewati semaua 'ala-iq dan syawagil, semua yang menyibukkan diri selain dari Alloh. karena tak mungkin seorang akan wushul kalau masih ada 'ulqoh2 akwan pada hatinya. ini dibuktikan dengan apa yg Alloh beikan pada kekasihnya Muhammad, ketika Dia mengambil pamannya, Istrinya dan sebelumnya ibu dan ayahnya.  
 "'ALAA", isyaraoh pada kewajiban mengalahkan hawa nafsu untuk menggapai nashr dan 'inayaatulloh.  
  "FII", Isyarah kepada addukhuul ilalloohi ashlan."waqoola inni dzaahibun ilaa robbi sayahdiin"dan istighroq fii bahril ahadiyyah.  
 "RUBBA",isyaroh ilaa qillati wujuudi ahlil khushushiyyah.  
 "BA",selalu meminta pertolongan fissairi dgn pengharapan adzdzhofru fil wushuuli.
"KAF", selalu mencari musyabahah dgn orang2 yg sudah wushul pada NYA.. "shirotholladziina an'amta 'alaihim." 
 "LAM", istihqooqul wilaayah bilmahabbah wattasybih. 
V. HURUFIL QOSAM;
adalah isyarah bahwa orang yg telah sampai pada maqom "lau aqsamu 'alallohi la abarrohum" kalu mereka bersumpah atas nama Alloh maka Alloh akan membenarkan dan meng ijabahi segala sesuatunya. dan inilah "maqom almahbuubiin" .... semoga kita mendapatkanya.
CIRI FI'IL
WALFI'LU YU'ROFU BIQOD WASSIINI WASAUFA WATA-I ATTA'NITSI ASSAKIINATI.
Fi'il atau “mujahadatunnafs fii kharqi 'awa-idiha” yg bisa dijadikan jalan "wushul ila hadhrotti alquds" bisa diketahui dg adanya:
"QOD", atau aljazmu/ al'aqdu almushammamu 'alal birri wattaqwa, aljazmu wattashmiimu bidawami assairi, memantapkan hati dan langkah pd jalan kebaikan dan takwa, shgga tak lagi mendengar bisikan2 hawajis dan khawathir dr luar dlm melangkah, stlah itu bertawakkal pada Allah, sehingga tercapai "wushul" atau ajal memjemput.. "faidza 'azamta fatawakkal 'alallahi"
spt yg dikatakan al'arif ada 4 syarat dlm menjalaninya : husnul khidmah, hifdzul hurmah, ta'dzimunni'mah, nufudzul 'azimah,. Dan nufudzul 'azimah ini adl pembaharuan niyat dan tekad ketikat terjadi "kall" atau "dha'ful ibadah". "jaddidissafiinata fa innal bahro 'amiiq".
Jg bisa dicapai dg 3 tarku..
"SIIN".. Meningkatkan mubadarah dan musabaqoh.. "fastabiqul khairaati"
"SAUFA" meninggalkan attaswiif, dan thul amal.. "laa tu ajjil ilal ghodi maa yumkinuka an ta'malahu alyauma"
"TA TA'NIS SAKINAH". Meninggalkan wanita sebelum wushul krn hal tsb mrpakan "a'dzhamul qawathi' lilmurid"... " maa taroktu ba'di fitnatan adhorru 'alarrijaali min nisa-i"..
CIRI HARAF
WALHARFU MAA LAA YASHLUHU MA'AHU DALILUL ISMI WALAA DALILUL FI'LI.
Adapun si empunya "harf dzhulmaniy" yaitu seorang yg selalu mengharap sesuatu dari 'ibadahnya, "wushul ila hadzdzhin min hudzhudzhinnafsi al'ajilah", dia akan menunggu pujian, keluhuran jabatan, harta, ataupun hasil dr semua cita2 duniyawiyahnya, maka dia tdk pantas mendapatkan semua 'alamatul ism "la yashluhu lissayri ila... hadrotilquds", dan 'alamatul fi'li "wala biljazmi 'alal'amali". Karena setiap apa yg dia kerjakam dari ibadah adalah keberhasilan dunyawiyah.
Kalo dia berhasil, dia tingkatkan ibadahnya, kalo dia gagal, turunlah semangatnya, bahkan mundur sampai pada tingkat putus asa. Orang yg begini adlh yg di katakan Alloh " waminhum man ya'budulloha 'alaa harfin. Fa in ashoobahu khoirun ithma'anna bih, wa in ashobahu fitnatun inqolaba 'alaa wajhih, khosiro addunnya wal akhiroh" dan dari sebagian manusia, ada yg beribadah pada Alloh dg satu pengharapa dan tham', maka apabila dia mendapat kebaikan dunia dari ibadahnya, tentramlah hatinya, tapi apabila dia trkena ujian cobaan atau fitnah, maka mundurlah dia dari ibadahnya. Rugilah dia dunia dan akhirat. Dzalika huwa alkhusroonul mubiin.
Na'udzubillah tsumma na'udzubillah.
Tamat babul kalam.
Wallaahu a’lamu bishshawaabi
Diambil dari kitab "maniyyatul faqiir almutajarrid, wasairotul murid almutafarrid"
syaikh abil 'abbas bin 'ajiibih
"MIN", ini adalah isyarah untuk "ibtida-ussairi" memulai pejalanan yaitu albidayah minal mujahadah.
KONSEP NAHWU TSHAWUF II
 di diskusi keagamaan waroeng podjok santri ·
@Ashbah AbiAqiel
Bismillaahirrohmaanirrohiim
BAABUL I'ROOBI
AL I'ROOBU HUWA TAGYIIRU AWAAKHIRIL KALIMI LIKHTILAAFIL 'AWAAMILI ADDAAKHILATI 'ALAYHA LAFDZHON AU TAQDIIRON.
Ma'na dari i'rob ada 2:
1. Taghyir: perubahan yg trjadi pada awakhir alkalim. 
Seorang yg salik dg ismu / addzakir billah, fi'l / almujahid nafsahu fii kharqi 'awa-idiha, dan harf nuroniy/ attha-mi'u fil wushuli ilallahi au ila ridwanihi, au ila karomatin min karomati auliya-ihi au ila na'imihi adda-im, ahwalul qolbi nya pasti akan terkena tagoyyur, karena adanya "tagoyur waridat" yg di berikan Allah padanya.. Dan waridat tsb ada 2: "waridul basthi"... Ujian yg berupa kesenangan dalam bentuk sehat, kenyang, kaya, hasil maksud dsb.. "waridul qabdi" ujian berupa kesusahan, melarat, sakit, tak tercapai tujuan dsb. 
Ke 2 warid ini akan didatangkan ketika Allah meng"kasyaf"kan shifa "jamal dan jalal" nya pada si hamba... Syaikg alqusyayri mgatakan " idza kaasyafa Allahu al'abda bina'ti jamaalihi basathohu, wa-idza kaasyafahu bina'ti jalaalihi qobadhohu....
Pada keadaan qolbu "haraf dzhulmani", dua "kasyf" ini akan menimbulkan "iinaas"/betah dan merasa diri diakui krn keberhasilan 'ibadah, dan "iihaasy"/ merasa jauh dan hina, bahkan cenderung putus asa.
Tapi bagi salik yg mustaqim, keadaan ini justru adalah pecut dan pemicu untuk peningkatan maqamnya, karena mereka sudah punya 2 adab untuk menyikapinya yakni: 1.assukuunu tahta majaril aqdaari wantidzhoril farj minal karim algoffaari... Menentramkan hati dan Meninggalkan syakwa dibawah perjalanan taqdir sambil menunggu jalan keluar terbaik dari Allah ta'ala.... Ketika datang "waridul qobdhi".
2. Kaffullisaan wakafful 'anaan walhaya-u minal kariimil mannaan./ menahan semua ucapan agar tak terjerumus pada salah, memegang kendali hati agar tak tergelincir pada pengagungan diri. Menumbuhkan rasa malu pada dzat pemberi hidup dan mati... Ketika ada "waridul basth", 
pernahkah terfikir oleh kita dgn apa yg dilakukan ROSUL SAW, ketika ada "waridul qobdh"?. Beliau ganjal perutnya yg mulia dg batu untuk menahan lapar....
 Dan apa yg dilakukan Yang Mulia ketika dtg "waridul basth"?, beliau kasih makanan untuk 1000 orang yg kelaparan, masing2 1 sho'.
Ma'na yg kedua dari i'rob adalah "bayan".
Yakni "taghyiiru ahwali addzhowahir likhtilaafil waaridati albawathin." pengejawantahan ibadah dzhahiriyyah karena adanya perubahan hal hal bathiniyyah.. "tanawwa'at ajnasul a'maali litanawwu'i waaridaatil ahwaali" ibn 'atha-illahi...
Bismillahirrohmaanirrohiim
sendiko dawuh yai Ashbah AbiAqiel
Bismillaahirrohmaanirrohii
m
Alhamdulillahirobil'aalami
in
washolaatu wassalaamu 'alaa asyrofil anbiyaa_i walmursaliin sayyidina wamaulanaa Muhammadin wa'alaa aalihii washohbihii ajma'iin
Laa haula walaa quwwata illaa billaah..
qoolalmushonnifu rohimahulloohu ta'aalaa
nafaa'amnalloohu bihi wabi 'uluumihi wabi'uluumi saa_irissalafushshoolih fiddaaroini aamiin ya mujiibassaa_iliin
qoulul mushonnif:tanawwa'at ajnasul a'maali litanawwu'i waaridaatil ahwaal"

ALFIYAH
Muqodimah
‘Bismillahir rohmanir rohim’
Dengan membaca kalimat sukur kepada alloh yang maha gopur,solawat serta salam kami curahkan kepada nabi akhir jaman, paduka kanjeng nabi muhammad saw,beserta keluarga,sohabatnya ‘amin.
Dengan ini kami menyatakan terima kasih kepada insan yg telah masuk pada web ini. kami adalah insan yg doif yg hanya ingin membantu menyiarkan agama islam dg cara pilsafat nadzom alfiyah,sehubungan dg itu kami minta ma’af yg sebesar-besarnya kalau saja nanti dalam teks ada yg tidak sesuai dg isarah,nisob atau hal.
“Kami siap untuk menerima komentar anda”.
* Qola muhammadun Huab nu maliki…..¤ dst.– Alangkah baiknya bila seorang insan mempunyai keunggulan,baik dipuji maupun tidak hendaklah mengatakan ahmad. Apa itu ahmad?
Ahmad adalah :
- membaca alhamdulillah,
- melaksanakan sholat,puasa,sukuran,sodaqoh.
- hati yg serba ingat alloh {i’tiqodul jazim}.
kepada siapa itu semua kita haturkan? tentu saja pada sang kholiq {robul’alamin}.
$ : keunggulan hendaklah baca hamdallah ® tambahlah ni’mat yg kan diberikan alloh.
Apa itu sholat? Ibnu maliq berkata :
* musholiyan alan nabiyil musthofa…..¤ dst.– sholat adalah do’a,yg wajib kita laksanakan dalam sehari semalam 5 waktu.setelah sholat kita di anjurkan berdizir ke pada alloh serta membaca sholawat pada nabi kita dan jangan lupa kepada keluarganya {iyakum washolatal bathor}.
ada pepatah mengatakan “membaca shotawat itu tandanya tashdiq,mahabbah,ta’dim.shauqon,yg nantinya kita di alam ukhrowi ingsha alloh akan mendapatkan syafa’at beliau ‘amin. Serta di alam dun’yawi kita bisa menjadi orang yg mustakmilin, yg mana buahnya asshuropa.apa itu asshurofa?
- saadah pid dun’ya
- saadatul maut
- saadah pil akhiroh.
$ : laksanakan ibadah kepada alloh ® sholawat kepada nabi utusannya.
Apa semua itu kita bisa dapatkan? tentu saja Bisa…gimana caranya? Ibnu malik berkata :
* wa’astainulloha pi alfiyah…..¤ dst.
-tiada cara lagi kecuali kita harus minta pertolongan (ber do’a) kepada alloh disertai dg ikhlas,amal dan sungguh-sungguh. hendaklah kita semua minta tolong kepadanya dg minta hidayat,taufiq dan irsyadiyah mintalah semuanya,karna apa? Karna Dapat Hidayah belum tentu bisa menjalankan taufiq,bila mana hidayah dan taufiq sudah
Di dapatkan maka irsyadiyah pun akan di dapat.apa itu irsyadiyah?
‘Irsyadiyah adalah bisa membedakan hak dan batal,ada pepatah mengatakan gunung yg besar bisa kita tembus angsalkan dg jiddan (sungguh-sungguh) {kemauan yg keras}.
Apa ada yg lebih ringan dari pada itu?
‘Oh,,,oh,,oh, sholat aja yg khushu,karna di dalam sholat sudah ada semuanya.
$ : berdo’a kepada alloh sang pencipta ® taufiq hidayah itu yg utama.
Apa do’a kita akan di izabah? Ibnu malik berkata :
*Tuqoribul alaqsho bilafdin mujazi…..¤ dst.
– ‘Pasti… Semua doa akan di izabah,manung ada yg kontan dan ada pula yg milang-milang kemaslahatan kita {tolaq bala’i}.
Alloh berfirman : kami akan men’izabah doa kalian dg kontan namung di tempat-tempat yang khusus dan anggahota yg bersih,
dimana tempat yg khusus itu?
‘diantaranya :
- berdoa di depan ka’bah (masjid alharom)
- masjid nabawi
- setiap ba’da sholat
- akhir khutbah pertama (pada sholat jum’atan).dll
Karna sesungguhnya Alloh maha pengasih lagi maha penyayang.
$ : Mendekatkan diri kita kepadanya ® Dengan ahlaqul karimah rosululloh.

* wataqtadi ridzon bigoiri sukhthi…..¤ dst.
-Karna semua perbuatan kita yg di dasari dg adanya hidayah,taufiq…kita sumua akan di rido’i alloh dengan hidup sejahtera.
$ : Alloh ridho bila orang tua ridho ® beramal sholeh maka insan pun ridho.
Aduh,gimana ya, aku kan banyak berbuat dosa,alloh masih mau mengampuni aku gak ya? ‘Ibnu malik berkata :
* wahwa bisabqin ha’izun tafdila…..¤ dst.
– meskipun dosa kamu melebihi sebesar gunung ukhud,alloh meloberkan ampunannya bagaikan budah lautan.alloh akan mengampuni dosa kamu angsalkan benar-benar berthaubat(janji akan menjauhinya {tidak akan mengulanginya lagi}.
$ : guru kita mengajarkan kehidupan ® maka pantas mendapatkan ke unggulan.

Ingatlah friends dun’ya akan musnah, sesunggunya hidup Kita di akhirat ditentukan dari sekarang.
di alam kubur, kita tiada yg nemenin,kecuali amal sholeh,di alam mashar yg begitu panas menyengat {dg 7 matahari yg tinggi nya sekitar satu tumbak} tiada yg meneduhi kita….air setetes pun tidak ada, yg ada hanyalah bingung,panas, brisik mendengar suara api neraka…kakek,nenek,ibu,ayah,sodara/i,suami,istri,anak,semua orang tidak ada yg memperdulikan kita,hanya amal sholeh dan sapa’at rusululloh saw yg bisa menyelamatkan kita. maka dg itu ibnu malik berkata :
* wallohu yaqdhi bihibati wapiroh….¤ dst.

-alloh akan menimbang perbuatan kita.
kita sendiri yg akan menentukan hidup kita diakherat nanti, apakah kita masuk neraka atau surga{padhol alloh} dg hidup yg kekal(abadi).
Semua itu kita yang menentukannya dari sekarang….
Oleh karna itu berbuat amal sholeh lah kita semua.minta ma’af lah kepada orang-orang yg di sekeliling kita,terutama pada guru,ortu.gimana kalau orangnya sudah gak ada? Maka do’akan lah mereka, kunjungi sodara-sodaranya(minta ikhlaskan mereka). minta lah kepada alloh supaya kita bagja di dun’ya dan akhirat. muga-muga kita semua mendapatkan ridho alloh “AMIN YA ALLOH YA ROBBAL ALAMIN”
$ : muga alloh memberikan rohmatnya ® keridoan pada semua umatnya.
Mu’rob mabni

Mu’rob = perubahan.
Mabni =
ketetapan hati {iman}.
‘Derajat yg tinggi di dapatkn pda perubahan & iman.
‘Tidak akan mendapatkn suatu paidah, bila tidak adany mu’rob mabni.oleh karna itu ibnu malik berkata :

* wal ismu minhu mu’robun wamabni….¤ dst.
– perubahan di dapat :
- belajar
- lingkungan baik.
Sedangkan ketetapan di dapat :
- juhud/uzlah
- do’a
‘Manusia yg berubah karna kebaikan,akan menjadi mabni (tetap hatiny) bila :
- 1 pedoman(alqur’an,alhadist)
- adnya iman,
- patuh pada pendirian ny
- adanya ulama yg membingbing.
$ : Derajat manusia itu ada dua ®
Perubahan ketetapan yg pertama.
Seperti yg ibnu malik katakan :
* kasyabahil wad’iyi pis mai ji tana….¤ dst.
– bila semuanya telah di dapat ingsya alloh akan tetap iman.
‘pada dasar apa, insan harus mempunyai keyakinan(iman)? Ketika manusia merasa dirinya lemah,artinya kalau kita tidak makan minum,maka kita akan mati {syariatnya}.semua anggahota badan kita,tumbuhan,hewan dll, ada manfa’atnya.siapa yg menciptakan itu semua? Jawaban nya dia akan cari sendiri. ”Seperti qisah nabi ibrahim AS”.
Lama2 ibrahim menemukn tuhan yg tidak akan mati, yg di namai alloh yg artinya pangeran yg sugih dari semua perkara.nabi muhammad saw,musa AS,isa AS,ibrahim AS semua rosul yg 25 serta nabi yg tidak terhitung jumlahny itu semua adalah utusan alloh swt. untuk mengajak umatnya ke jalan yang benar(jalan yg di rido’i alloh). oleh karna itu berbondong2 lah kalian ke tempat ilmu(ji’tana).
”Kembali ke permsalahan !
‘Dhomir akan mencari perobahan yg di kehendaki nya(mabni).
Hati kita penuhi dg ma’na-ma’na yg baik(dzikir).
$ : Ketetapan domir yg paling utama ® dg dasar hati yg menyimpan ma’na.
Selain itu ibnu malik juga berkata :
* Wakaniya batin anil pi’lin bila…..¤ dst.
– jagalah prilaku kita jangan terbawa oleh pergaulan bebas(syaitan).karna sekarang banyak pergaulan kafir yg masuk ke negara kita. ta’atilah alqu’an,turutilah ulama.dengan adanya pedoman kitab serta bingbingan guru, kita akan selamat(mabni){ 1 iman}.
$ : Tidak terpengaruh pda siapa pun ® bingbingan guru serta pedoman qur’an.
* Wamu’robul asma’i ma qod salima…..¤ dst.
– kederajatan manusia d sisi alloh,tidak akan berhasil bila adany prilaku syaitan yg kita
turuti = isim tidak akan mu’rob bila menyerupai harap,artiny bergaul boleh, tapi harus ada batasan ny supaya tidak terjerumus. Segala sesuatu yg menyimpang berhak di betulkan. Ingat setiap mu’min mempenyai musuh :
- mu’min yg hasud (susah apabila orang lain senang,aksan)
- munafiq yg membenci
- kafir yg ingin mumbunuh,baik politik, ekonomi,dll
- nafsu diriny sendiri.sumua itu d de2ngkoti oleh syetan.
$ : hamba alloh kan menjauhi larangan ® segala perintah akan di jalan kan.
* Wapi’lu amrin wamudiyyin buniya…..¤ dst.
– ”ulama harus ber ulang2 mengajarkn umatny supaya tetap akalnya(pi’il amar).
”ibadah harus istiqomah supaya sempurna.(pi’il madi).karna Pekerjaan mulia yg sedang kita lakukan,pasti ada coba’an nya,
$ : Pekerjaan harus ada patokan ® dg dasar istiqomah dikerjakan.
seperti yg ibnu malik katakan :
* min nuni taukidin mubasyirin wamin….. ¤ dst.
– mudlore mu’rob,bila tidak ada nun taukid yg muttashil(memperkuat). Artiny amal sholeh yg kita perbuat akan bermamfa’at ji kalau tidak ada yg merusak,insan yg sedang belajar akan putus bila tergoda, apa yg merusak amal soleh kita ?
- Napsu diriny sendiri
- perempuan.
Karna galib ny perempuan suka mengoda.tapi terkadang adanya nasihat cinta dan nasihat ortu,guru yg membingbing kita kan berhasil merubah hidup kita menjadi lebih baik{nun taukid yg munfashil}. Dengan dasar adanya semangat mereka.
$ : Perobahan hidup harus didapatkan ® dengan cara menjauhi lalaran.
* Wakulu harpi mustahikun lil bina…..¤ dst.
– manusia wajib mengeluarkan zakat bila udah nishob(memenuhi persyaratan). kepada siapa kita harus memberikan zakat?kepada asnap yg 8, andaikan ada asnap,belum tangtu adanya zakat.tapi bila ada zakat pasti akan ada asnap.tiba-tiba ada mabni kita berikan hukum mabni pada harap seperti memberikan zakat kepada asnap,bukan ke semua orang, tapi kepada mustahiqnya. Mustahiq jakat ada 8 :
- paqir
- miskin
- gojin
- amil(insan yg membagikan zakat)
- abid,amat
- insan yg mendirikan islam
- gorim
- mualaf.
Syarat wajib Zakat :
‘uang bila udah punya 1 juta wajib mengeluarkan 25000.
‘ pertanian udah dapat 1 ton wajib mengeluarkan 1 kintal.
‘emas
Bila manusia udah mengeluarkan zakatnya tapi tidak rata(semua mustahiq tidak mendapatkan sama) maka itu hukumnya syad.
$ : berikan lah zakat pada mustahiqnya ® serta niat, dg tata cara nya.
Seperti yg ibnu maliq katakan :
* Waminhu du fathin wadu kasrin wadom….¤ dst.
– pada dasarnya mu’rob itu harkat,sedangkan mabni sukun. Artinya orang membagikan zakat tapi mustahiq tidak mendapatkan sama.maka itu hukum nya syad{puru}.itu bukan masalah besar,yg penting kita udah melaksanakan kewajiban kita.
$ : dahulukan paqir miskin yg pertama ® selanjutnya maka terserah anda.
* war rof’a wan nashbaj ‘alan i’roba….¤ dst.
– probahan global,ada 2 macam
1.terlihat ( dhomah,pathah dll )
2.tersembunyi ( rofa,nashob dll ).
”Kedudukan(drajat)dan prilaku(perbuatan) pasti ada sifat kemashuran(pangkat)dan sombong(putus) ‘seperti adanya isim,pi’il pasti bisa rofa dan nashob.
$ : pangkat manusia itu ada dua ® kesenangan kesusahan yg ke dua.
oleh karna itu ibnu maliq berkata :
* Jarron wan nasban ba’da pathin qod ulif.
– ‘gimana cara mendapatkan kebagja’an itu? Dg adanya ilmu syareat agama kita bisa bagja.ada pepatah mengatakan ilmu adalah obor di tengah kegelapan.tapi itu tidak gampang friend’s, serba membutuhkan dukungan global. seperti mutsana dg alif dlm semua probahannya.itu semua tidak akan terwujud bila tidak ada dukungan para ulama.
$ : ikhtilap ulama dg bijaksana ® carilah ilmu dg sebanyak-benyaknya.
* warfa biwawin wabiyaj rur wansibi ….¤dst.
– sumua laki-laki di tugaskan untuk mencari napkah(ibadah). Seperti jama mudakar mencari wau,nun.serta mendidik anak istrinya ke jalan alloh.
$ : suami pemimpin anak istrinya ® dg ketentuan dan syarat-syaratnya.
Gimana kalau anak istrinya melanggar maka durhaka lah mereka(sad)seperti yg ibnu malik katakan :
* wasyibhi daini wabihi isruna….¤dst.
Alkalamu wama yata’alapu munhu
Semua perkara yg kita perbuat pasti akan ada balasan nya,baik itu bagus maupun tidak.kalau pingin bagus ya perbuat lah akhlaqul karimah.akhlaqul karimah :
- Dhohir(terlihat)
- batin(tersembunyi)
apa itu ahlaqul karimah? ibnu malik berkata :
* kalamuna lafdun mupidun kastaqim….¤ dst.
– perbuatan yg ada mamfaat dan hikmahnya. ‘Dhohir = mamfaat ke pada orang lain
‘Batin = mamfaat untuk diri kita sendiri bahkan bisa ke orang lain(umum).
Mencontoh Kepada siapakah kita harus berakhlaqul karimah tersebut? Ya tentu saja pada
Nabi kita muhammad saw.
Akhlaqul karimah yg batin itu seperti apa sih?
-isim (Dzikir,membaca alqur’an,rendah diri)
-pi’il(sholat,shodaqoh,sukuran)
-harap(niat yg ikhlas).
Kalau yg dhohir seperti apa? Banyak,di antaranya :
- menghormati semua orang
- bicara yg sopan(lemah lembut)
- mengajak semua orang untuk perbuat baik,dg istiqomah,dll.
itu semua conto kanjeng rosul yg harus kita laksanakan.
$ : Dengan akhlaq rosul yg paling mulia ® isim pi’il harap itu lah tandanya.
*wahiduhu kalimatun walqaulu am…..¤dst.
-Satu juz saja dari ahklaqur karimah yang kita perbuat,itu juga sudah menjadi perkara yang luar biasa,,,alhamdu lillah {taufiq},
apalagi kalau semuanya.
Apa ada dzikir yg paling bagus?
pada dasarnya zdikir itu semuanya bagus,namung ada yg lebih unggul yaitu kalimatul ihlas(la ilaha illalloh) yg berma’na :
-hayyul maujud
-hayyul ma’bud
-hayyul baqi.
$ : satu perbuatan udah jadi ibadah ® perbanyak dzikir la ilaha illalloh.
Ada pepatah mengatakan, kalau mau mendapatkan derajat yg tinggi,,,maka perbanyak lah dzikir,kenapa harus dzikir? Ibnu malik berkata :
* biljari wat tanwini wan nida wa’al….¤ dst.
– isim (derajat) yg tinggi bisa kita dapatkan :
- jer = dg tenduk dan tawadlu (takholi) hilangkan persepsi negatif yg ada dalam otak dan hati.
- tanwin = niat yg benar mencari ridlo alloh(tahalli) hiasi dg watak yg baik.
– nida (berdzikir).
– Al = sebagai ciri kema’rifatan (berfikir).
– musnad ilahi (pail/mubtada) sebagai pelaku,amal yg nyata,tidak hanya sebagai retorika atau pengalaman tapi pengamalan. Tidak beda dg haji,ihrom,towaf,sa’i,tahallul,wukuf dan melempar jumroh.dimana tempat terakhir dari tahallul adalah gunung sofa/mina(muna). Artinya barang siapa ingin meraih cita-cita luhur(mana) maja iya harus ihrom(jer).kemudian thowap merupakan lambang perbuatan (tanwin).sai lambang beramal, berpikir dan dzikir(musnad ilahi,al dan nida)
$ : kehormatan di dapat dg tawadlu ® Dzikir pikir amal nyata niat khusyu.
* bita pa’alta wa’atat wayap’ali…..¤ dst.
– alqur’an(ilmu) adalah pedoman semua umat,yg wajib kita suprih(pelajari,amalkan){pa’alta}.tanpa terkecuali semua wajib mempelajari,membacanya,baik itu lisan maupun dalam hati {wa’atat}.alangkah baiknya tau pada artinya,karna dalam ma’nanya menyimpan pedoman-pedoman kehidupan {aqbilanna}.
gimana cara menghartikan nya so,,, aku gak bisa?
Makanya kita di wajibkan mempelajari alqur’an(pardu a’in hukumnya) {tidak akan gugur dosa semua umat bila mana yg mengerjakan nya satu/lebih banyak} yg artinya semua orang wajib mempelajarinya.
Dimana kita harus mempelajari alqur’an?dimana saja terserah anda,yg penting ada guru yg membingbing kita.ada pepatah mengatakan : barang siapa belajar tanpa petunjuk guru di kewatirkan gurunya adalah syaitan.
Bila mana kita mengerjakan amal sholeh, tanpa di dasari dg adanya ilmu, tidak akan menjadi amal sholeh.
$ : Ilmu wajib bagi kita pelajari ® dengan ilmu bisa menghadap ilahi.
Udah isim,pi’il. yg kita perbuat,tidak akan sempurna tanpa adanya harap. Apa itu harap? Ibnu malik berkata :
* Siwa humal harpu kahal wapi walam…..¤ dst.
– Segala perbuatan harus ada ke ikhlasan(kunci dari semuanya).
Ikhlas :
- Adanya dalam hati (pi).
- bisa memperbaiki hati(lam).
- ikhlas tapi ada unsur lain(akan jadi iklas, namung tidak akan mendapat ganjaran){hal}.
Ada pepatah mengatakan ”Perbuatan yg bagus adalah perbuatan yg adanya perobahan(sekarang bagus besok lebih bagus){mudlore}.
$ : ke ikhlasan di dapat dg tawadlo ® amal sholeh,yg akan mendapat ridlo.
* Wamadiyal ap’ali bita miz wasim…..¤ dst.
– pi’il madi (pekerkaja’an yg udah kita laksanakan) tidak akan ada hasilnya bila tidak ada ciri(niat,ikhlas,panjangnya waktu yg kita berbuat){istiqomah}.
Pi’il amar = tidak akan di turuti perintah ulama kalau tidak ada dalil alqur’an/hadist.
$ : perbuatan akan ada manpa’atnya ® istiqomah, qur’an adalah dalilnya.
Gimana kalou tidak ada hadistnya? maka gunakan lah izma,qias ulama. Ibnu malik berkata :
* Wal amru illamyaku linuni mahal….¤ dst.
– kita tidak menemukan dalil alqur’an,hadis yang kita serukan pada umat. Maka yg kita pilih adalah izma,qias ulama {persamaan dari hadist} seperti, bila anak kita baru lahir,di usahakan pertama yg dia dengar adalah suara adzan supaya anaknya sholeh, sholehah. Manusia mati di anjurkan sebelum di kubur hendaklah di serukan suara adzan{di qias kan pada waktu di lahirkan}.
Pi’il amar = Atasan,pimpinan {persiden} memberikan perintah kepada bawahan nya, itu juga harus ada tujuan,supaya tau yg di kerkajan bawahannya itu akan bermanfa’at.
$ : perintah pimpinan harus kita turut ® angsalkan ada dalil penuh manfa’at.
* wal ismu qod khusisho bil jari kama…..¤ dst.
– kepangkatan seseorang harus di dasari tawadlo(rendah diri) Artinya insan akan di mulyakan alloh bila tawadlo,adanya taqwa.
‘pekerjaan harus di dasari murah senyum(tidak sombong,tidak adanya tekanan) Artinya segala permasalah akan selesai bila semua mendukung.tiba-tida ada jer,kita berikan jer khusus masuk pada isim,jazem khusus pada pi’il.bagaikan tawadlo pasti pada Orang yg berilmu,memutuskan sesuatu pasti adanya permasalahan.
$ : kemulya’an dapatkan lah rendah diri ® sifat adil di tangtukan pada pi’il.
Seperti yg ibnu malik katakan :
* parfa’,bidlomin wansiban pathan,wajur…..¤dst.
– sipat mulya dg dlomah,sipat pema’af dg patah,sipat rendah diri dg jer,sipat santai memutuskan masalah dg sukun. Artinya kewibawaan yg tinggi tidak lepas dg baik hati, {mulya}. ‘sifat penutup dg pema’af tidak lepas dg menutupi yg udah di lakukan(tidak menceritakan nya lagi). ‘sifat taqwa(dermawan) dg tawadlo.
$ : sipat rofa nashob jer serta jazem ® mulya pema’af tawadlo bijak sana.
Serta :
* wajzim bitaskinin wagoiru madukir….¤ dst.
– terakhir sifat jazem = metuskan masalah dg bijaksana(adil).
Itu semua adalah perobahan global yg harus kita miliki dalam dhohir dan batin.apa keuntungan nya(buah nya)? ‘banyak diantaranya :
- orang-orang akan pada datang untuk silatur rohmi. apa ada sifat-sifat yg lain? ‘Ada. Namung yg itu di namai probahan indifidu dg adanya kemau’an masing-masing, guna untuk menyempurnakan perubahan baik kita,yg di rido’i alloh swt.
$ : sifat-sifat mahmudah yg di perbuat ® niscaya insan mendapatkan mamfa’at.
Apa sifat indipidu itu? Ibnu malik berkata :
* warfa biwawin wansibanna bialif….¤ dst.
– sifat indipidu adalah sifat yg bermanfaat pada diri kita sendiri.seperti Asma’ul khomsah.semua asma’ul khomsah turut pada ulama-ulama terdahulu(munasabah){menyerupai pada hurup sebelumnya}.
$ : turutilah ulama apa katanya ® supaya munasabah pada hukumnya{alloh}.
Selain itu ibnu malik juga berkata :
* Mindaka duin suhbatan abana…..¤ dst.
– syarat duu’ = mu’rob,nakiroh mabni,domah, ashohib dan jinis. Artinya semua Probahan indifidu yg tetap pada satu keyakinan yg luhur di dasari dg ilmu yg bersandar pada kitab. Itu semua tanda-tanda diri kita supaya tidak terjerumus pada pergaulan akhir jaman(harus seperti duu’ tetap pada pendiriannya).jauhi kema’siyatan
Seperti pam menghikangkan mimnya.
$ : jangan terjerumus pada kesalahan ® seperti duu’ sim sitah tetap bertahan.
* Abun akhun hamun kadaka wahamu…¤ dst.
- ayah,sodara,paman harus kita beri harkat itmam. Artinya perintah baik, orang tua kita harus kita turut,seperti abun dg harokat itmam.
Gimana kalau memerintah yg tidak ada faidahnya? maka kita beri qoshor(di lakukan atau tidak terserah anda)tapi alangkah baiknya dilakukan supaya kita tambah pengalaman. gimana kalau merintah pada kema’siatan? ya harus kita jauhi.seperti abun menjauhi nuqus.tiba-tiba ada hanu, Apa itu hanu? ‘benda yg tidak layak di bicarakan tapi di ceritakan juga tidak akan dosa maka kita berikan nuqus.tapi usahakan kita berbicara yg ada mamfa’atnya seperti hanu dg harokat itmam.
$ : ortu,sodara tetap membing-bing kita ® pada kebaikan,kehidupan kita.
* wapi abin wata liyai yanduru….¤dst.
– gimana kalau ortu,guru memerintah kebaikan tapi kita mendiamkannya. ya itu hukumnya nadzir,seperti abun dg harkat nuqus.apa lagi kalau membantah hukumnya jadi dosa. lebih baik kita lakukan lah semampu kita, harusnya sih usahakan harus qoshor supaya ada ta’dim.ya namanya juga taufiq susah menjalankan.
$ : keta’diman kepada guru mulia ® karna guru melebihi orang tua.
* wasartu dal i’robi anyudop nala…..¤ dst.
– syaratnya asma’ul khomsah :
- idopat,muprod,mukabar.kita berikan pada insan yg menuntut ilmu dg cra :
- bersandar pada guru(idzofat),jangan ikuti hawa nafsu kita(idzofat pada ya mutakalim).
- harus punya cita-cita tinggi(mukabar) artinya tidak boleh setengah-setengah/harapan kecil.
- kemau’an sendiri(mufrod).
$ : idlofat mukabar,muprod syaratnya ® cita-cita sendiri,jaga nafsunya.
* bialipir fail mustanna wakila….¤ dst.
– semua makhluq membutuhkn pasanganny(mutsana).itu semua udah di atur oleh alloh swt. ”Perkara apa yg dah di atur alloh? ‘semua kehidupan udah di atur olehny,baik itu benar,buruk,mamfa’at atau tidak. karna apa? Krna makhluq tidak sempurna.yg sempurna hanyalah alloh yg menciptaKan kita.
”makhluq tidak boleh memikirkan rizqi dan mati,karna rizqi & mati udah di tentukn alloh.yg harus kita pikirkan,lakukan adalah mencari bekal untuk di akhirat nanti apakah kita akan bagza atau celaka{surga,neraka}.seperti mutsana yg mencari alip dan nun untuk merobah prilakuny & itu berhasil.
$ : Makhuq di ciptakan dg pasangnnya ® serta saling membutuhkan ke duanya.
Kenapa rizqi tidak bleh di pikirkan? Karna rizqi dah di atur alloh,tpi tetap kita harus berikhtiyar bila mana udah kita butuhkan(wajib aridi) dg alasan ntuk melaksanakan ibadah.jngan sekedar mencari keuntungan dun’yawi semata.dan tu juga harus ada patokan sperti yg ibnu malik katakan :
* kilta kadakas nani was natani….¤ dst.
– patokanny harus benar2 ntuk ibadah.sperti kila & kilta jadiny mustana harus idopat pda isim dhomir(akherat) jngan idopat pda dohir(pujian orang).
$ : rizqi dan pati udah ditentukan nya ® seperti mulhaq dg sarat2nya.
Karna apa? ibnu malik berkata :
* watahlupul ya pi jami’ihal alip….¤ dst.

Irsyadul fahawal ila tahqiq al haq min ilmu ushul




Ini Kitab " Syarah Usul Al-Tahqiq " Pada bicara Usuluddin diterjemahkan dia dengan bahasa Melayu oleh setengah daripada Al-Ulama' as-sohlihin dan tiada hamba dapat akan ketentuan namanya dengan nas, tetapi telah dikhbarkan hamba oleh "Ba'dha saqata" bahawa yang menterjemahkan Kitab ini daripada ahli negeri Patthani.

"Bismillah hirrahmanirrahim"

Dengan tolong Allah Ta'ala ku mulai Kitab ini. Ia lah Tuhan Yang Maha Pemurah didalam negeri dunia ini pada mengurniakan rezeki hambaNya zahir dan batin, Jin dan Manusia, Binatang dan Malaikat, Islam dan kafir dan lagi amat sangat mengasihi akan segala hambaNya yang beriman Jin dan Manusia didalam negeri akhirat kemudian.

" Segala puji-pujian itu milik bagi Allah Ta'ala, Tuhan seru oleh sekelian alam "

" Dan kebajikan akhirat itu tertentu bagi segala orang yang takut mereka itu akan Allah Ta'ala "

" Dan Rahmat Allah Ta'ala dan Salam Allah Ta'ala lagi tetap Ia atas Nabi Muhammad iaitu penghulu segala Rasul "

" Dan atas segala keluarganya dan segala sahabatnya yang baik lagi suci mereka itu daripada salah "

Dan adapun kemudian daripada itu, maka inilah suatu Risalah Usul Tahqiq; ertinya Persuruhan yang melengkapi ia atas pohon Agama.

Berkata Ulama "Awalluddin Ma'rifatullah" Ertinya: ‘Pertama-tama ugama itu "Mengenal Allah"..

Maka adalah makna ‘Ma'rifat' ertinya "Mengenal" itu ;

Ertinya: "Simpulan yang putus; yakni pegangan yang teguh, yang berbetulan ia dengan yang sebenar daripada dalil."

Maka adalah dalil itu 2 perkara:-

Pertama-dalil Naqli namanya iaitu firman Allah Ta'ala dan Hadis Rasulullah.

Kedua -dalil ‘Aqli namanya iaitu menyatakan ia akan keadaan Allah Ta'ala itu.

‘Itiqad atau Pegangan Yang Salah :

1. Jikalau ada seseorang ‘itiqadnya putus tetapi tiada berbetulan ia yang benar, maka BUKAN ia bernama ‘Ma'rifat' ,maka adalah namanya itu seperti itiqad Falsafah; - yang mengatakan alam ini Qadim (Sedia atau jadi dengan sendirinya).

2. ‘Itiqad Qadariah - Qudrat hamba yang baharu ini boleh memberi bekas.

3. ‘Itiqad Nasrani - Mengatakan Nabi Allah Isa a.s itu anak Allah Ta'ala. Dan berbagai-bagai lagi ‘itiqad yang tiada berbetulan bagi yang benar.

4. Jikalau ada seseorang itu ‘itiqadnya putus lagi berbetulan bagi yang benar tetapi TIADA padanya dalil Naqli dan dalil Aqli (akal) maka BUKAN ia dikatakan ‘Ma'rifat' , sebaliknya itu ‘Taklid' namanya, ertinya mengikut-ikut perkataan orang sahaja.

‘Itiqad Yang Benar :

Yang dikatakan ‘Ma'rifat' ialah seseorang itu ‘itiqadnya putus berbetulan yang benar dan ADA padanya 2 dalil iaitu Firman Allah Ta'ala (Al-Quran) dan Hadis Rasulullah saw.

Asal makna ‘MAKRIFAT' itu - ialah "Membezakan antara yang Qadim dengan Muhadas"

Yang Qadim itu :- Zat Allah Ta'ala, Sifat-sifatNya, Efeil-Nya (Perbuatan) dan Asma' (Sempurna Nama atau Kata-kata Allah Ta'ala), yang terkandung pada Kalimah Syahadah Tauhid yakni Kalimah pengakuan mengEsakan Allah Ta'ala iaitu :

" AS HADU AL LAA ILAHA ILLALLAH "

Ertinya: " Aku ketahuilah bahawasanya Tiada Tuhan Melainkan Allah; itulah Tuhan "

Rukun Syahadah itu terbahagi kepada 4 perkara :

1. Mengisbatkan ada Zat Allah Ta'ala.

2. Mengisbatkan ada Sifat (Kelakuan) Allah Ta'ala.

3. Mengisbatkan ada Efeil (Perbuatan) Allah Ta'ala iaitu mengadakan segala "Mumkin" (alam dunia) atau tidak mengadakan segala "Mumkinat" itu.

4. Mengisbatkan ada Asma' Allah - (Sempurna Nama atau Kata-kata bagi Zat) iaitu segala 25 para Rasul itu dari Nabi Allah Adam hingga Nabi Muhammad saw. adalah Kata-kata bagi Zat Allah Ta'ala.

- membenarkan segala Perkataan, Perbuatan, Kelakuan dan segala diamnya tiada menyalahi akan Rasul Allah.

Fardhu Syahadah terbahagi kepada 2 perkara :

1. Melafazkan Dua Kalimah Syahadah itu dengan lidah pada sekali seumur hidupnya.

2. Menyungguhkan maknanya didalam hati sentiasa selama hidupnya; harus jangan berkata putusan selagi ia berakal.

Itulah pertama-tama Fardhu daripada segala fardhu ‘Ain; dahulunya daripada segala ibadat seperti sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadhan, Zakat dan Mengerjakan Haji ke Baitullah dan merupakan SYARAT pada MENGESAHKAN segala ibadah dan jikalau tiada mengetahuinya makna Dua Kalimah Syahadah itu, maka belum lagi dikatakan SAH amal ibadat yang lain itu.

Hendaklah kita bersungguh-sungguh memahamkan makna Dua Kalimah Syahadah itu dan untuk memahaminya perlulah terlebih dahulu mengetahui segala Sifat yang WAJIB bagi Allah Ta'ala dan para Rasul-Nya serta segala Sifat yang MUSTAHIL pada keduanya dan segala yang HARUS pada keduanya itu.

Oleh yang sedemikian wajiblah segala orang yang akhil baligh, laki-laki dan perempuan, merdeka atau hamba sahaya dan sebagainya mengenal segala Sifat yang wajib, yang mustahil dan yang harus pada Allah Ta'ala serta segala Rasul Allah itu sebagaimana sabda Nabi saw.: ‘ Awaluddin Ma'rifatullah ‘;

Ertinya : " Pertama-tama Agama itu mengenal Allah ."

Yakni mengenal segala yang wajib, yang mustahil dan yang harus bagi Zat dan Sifat Allah Ta'ala. Bukannya mengenal kepada diri Zat Allah dan ketentuan daerahNya dan tempatNya dan rupaNya, mustahil demikian itu dan adalah ditegah oleh Allah Ta'ala seperti firmanNya dalam Al-Quran Surah ‘Ali Imran ayat ke 30 ;

Ertinya: "..telah dipertakuti Allah akan kamu pada mendapatkan kepada ZatNya itu.."

Dan firmanNya dalam Surah Al-An'aam, ayat ke 103 ;

Ertinya: "..Tiada mendapat akan Dia segala penglihatannya dan DiaNya yang boleh mendapat akan segala penglihatanNya. "

Dan sabda Nabi saw:

Ertinya: "..Maha Suci Tuhanku, tiadalah ku kenal Tuhanku akan sebenar-benar pengenal kami akan Tuhan ku.."

Dan kata Saidina Abu Bakar;

Ertinya: "..Lemah pendapat daripada yang mendapat akan yang didapat, itulah pendapat."

Kata setengah Ulama';

Ertinya: " Tiap-tiap barang yang tersangka-sangka ia dengan segala sangka kamu itu dan kamu dapat akan dia dengan segala akal kamu itu, maka ia itu baharu jua seperti kamu."

Maka nyatalah segala pengetahuan orang yang sesat itu yang menyangka-nyangka ia pada ‘itiqadnya Allah Ta'ala itu bertempat atau berupa atau boleh menyamakan Dia dengan sesuatu disangkakannya benar-benar DIRINYA itulah ALLAH TA'ALA. Maka ‘itiqad ilmu orang itu salah; yang lemah, besar menjadi kafir.(Na'uzubillah..)

Maka hendaklah engkau fahamkan ia akan makna Kalimah Syahadah ini baik-baik dengan dalil Naqli iaitu dalil Al-Quran dan Hadis serta dalil Aqli' iaitu akal yang nurani pada mengambil nazar yang sahih pada menilik kejadian 7 petala langit dan 7 petala bumi.

Siapa yang menjadikan dianya itu ? Bolehkah ia jadi dengan sendiri atau adakah ada orang lain yang boleh menjadikan dia atau tidak boleh menjadikan dia ? Demikian juga
tilik pula oleh mu pada kejadian diri kita ini seperti firman Allah Ta'ala :

Ertinya :"Katakanlah ya, Muhammad (kepada mereka) : ‘ Tilik oleh kamu semuanya apa-apa yang ada didalam tujuh petala langit dan bumi ".

Maka adalah yang nyata kepada segala orang yang berakal itu tanda bekas Qudrat dan Iradat Allah Ta'ala jua yang nyata; yakni bekas tanda Kuasa Allah dan KehendakNya juga yang nyata. Bukan langit dan bumi sahaja yang Allah Ta'ala suruh tilik, bahkan pada diri kita ini pun disuruh tilik sebagaimana firmanNya dalam Al-Quran :

Ertinya: " Pada diri kamu itu, mengapakah tiada kamu tilik..? "

Yakni pada kejadian diri kamu ini mengapakah maka tiada kamu membicarakan. Dan lagi firman Allah Ta'ala :

Ertinya: " Lagi akan Kami perlihatkan akan segala tanda Kami taraf alam ini dan pada diri mereka itu hingga nyatalah bagi mereka itu bahawasanya Allah itu ADA (Ujud) sebenarnya ".

Dan lagi firman-Nya :

Ertinya: " Maka hendaklah dibicarakan oleh manusia itu daripada apa ia dijadikan itu; iaitu ia dijadikan daripada air yang terpancar keluar daripada antara sulbi bapanya dan antara tara'ib ibunya".

Bukannya keluar itu daripada sulbi dan tara'ib yang (tanyir) ia keduanya itu iaitu Qudrat Allah Ta'ala dan Iradat juga kerana keduanya didalam perintah Qudart dan Iradat Allah Ta'ala.

Maka adalah Qudrat Allah itu suatu SifatNya yang ‘Maudud' dengan dia mengadakan mumkin; daripada tidak ada kepada adanya dan daripada adanya kepada tidak ada.

Dan Iradat Allah itu suatu SifatNya yang maudud dengan dia menentukan mumkin dengan setengah barang yang harus atau mumkin itu. Bukan semuanya yang harus itu ditentukan oleh Iradat itu seperti gerak dan diam; ada dengan tiada; panjang dengan pendek; besar dengan kecil; tebal dengan nipis; atas dengan bawah; kiri dengan kanan; hadapan dengan belakang dan lainnya.

Maka semuanya itu harus balik bagi 'semumkin' ini tetapi mustahil boleh berhimpun dua yang berlawanan kepada 'semumkin' ini kerana yang ditentukan oleh Iradat Allah itu suatu daripada keduanya bukan keduanya.

Demikian juga Firman Allah :

Ertinya: "Maka tidakkah dilihat oleh kamu yakni tidakkah kamu lihat dan kamu bicarakan akan air mani yang kamu tempuhkan ke dalam rahim perempuan itu, kamukah menjadikan akan dia itu atau Kamikah yang menjadikan anak itu ?"

Dan Firman-Nya :

Ertinya: "Maka tiadakah kamu lihat akan benih yang kamu tanam itu, adakah kamu menumbuhkan akan dia atau Kamikah menumbuhkan akan dia ?"

Dan lagi Firman-Nya :

Ertinya: " Mengapa tiada menilik, membicarakan akan mereka itu kepada unta itu betapa dijadikan Allah akan dia dan tiada ditilik mereka itu kepada segala langit yang tujuh

betapa ditinggikan akan dia dan tiadakah ditilik mereka itu kepada gunung, betapakah didirikan akan dia dan tiadakah ditilik mereka itu kepada bumi, betapakah dihamparkan akan dia.

Maka ingatkan olehmu (ya, Muhammad) hanya sesungguhnya engkau itu mengingatkan saja tiada boleh kuasa engkau itu dengan mengerasi atas mereka itu. "

Kata Syeikh Ibrahim Al-Qani didalam Kitabnya yang bernama :

Ertinya: " Tilik olehmu kepada dirimu yakni bicarakan olehmu dahulu kepada kejadian dirimu kerana dirimu itu yang terlebih hampir tempat menilik."

Perintah Allah Ta'ala darpada yan lainnya kemudian daripada sudah menilik kepada kejadian dirimu itu, maka berpindahlah engkau bagi menilik alam yang tinggi iaitu segala langit. Kemudian maka berpindahlah engkau bagi menilik alam yang indah itu.

Ertinya: "Engkau dapatlah dengan menilik sekelian itu akan perbuatan tukang yang indah-indah perbuatannya tetapi dengan dialah berdiri tanda tidaknya dahulu dan baharu adanya ini."

Ertinya: " Dan tiap-tiap barang yang harus itu baharu adanya daripada dahulu, niscaya mustahil atasnya itu sedia sekali-kali."

Kerana itulah Hadis Nabi saw:

Ertinya: " Fikirkan oleh kamu pada segala yang dijadikan Allah Ta'ala dan jangan kamu fikirkan pada diri Zat Allah Ta'ala ".

Inilah kata Imam Sanusi....

Ertinya: " Bermula perbuatan itu baharu dan ia itulah bekas menunjukkan ia atas 4 nama :-

i) Zat yang Hidup. ii) Zat yang Tahu iii) Zat yang Kuasa. iv) Zat yang Berkehendak.

Ertinya: " Dan nama itu menunjukkan ia atas segala sifat; dan iaitu Hidup - dan jikalau tiada ZatNya itu Hidup, tiadalah bersifat Yang Hidup. Jikalau tiada ZatNya itu bersifat dengan Tahu, tiadalah bernama Zat Yang Tahu dan; Kuasa, jikalau tiada ZatNya itu bersifat dengan Kuasa, tiadalah bernama Zat Yang Kuasa dan; Mengkehendaki, jikalau tiada ZatNya bersifat dengan Mengkehendaki niscaya tiadalah bernama Zat Yang Mengkehendaki."

Ertinya: " Dan segala sifat itu menunjukkan ia atas ZatNya kerana tiada berdiri segala sifat itu dengan sendirinya ".

Maka nyatalah dengan firman Allah Ta'ala dan Hadis Rasulullah s.a.w. kata segala ulama' yang besar-besar itu bahawasanya Allah Ta'ala itulah menjadikan alam ini.

Maka wajiblah kita ketahui akan wajib lagi nyata Ujud Zat Allah Ta'ala itu dan wajib Zat itu ersifat Qidam, ertinya Sedia adanya; Baqa' ertinya Kekal adanya Zat Allah Ta'ala; dan Mukhalafah tuhulilhawadis ertinya Menyalahi ada Zat Allah Ta'ala itu bagi segala yang baharu ini; Wahdaniah ertinya Esa Zat Allah Ta'ala itu ertinya ‘Tiada menduai bagi ZatNya dan Tiada yang menduai SifatNya dan Tiada yang menduai bagi PerbuatanNya.

(Ketahui olehmu) hai segala orang yang belajar maka dengan kata kita serta ‘itiqadkan Nabi Muhammad itu Persuruh Allah wajib padanya siddiq, ertinya benar.

Terkandunglah Iman kita aka segala malaikat dan Iman kita akan segala Nabi dan Iman kita akan segala Rasul dan akan segala Kitab yang diturunkan Allah kepada setengah Rasul itu iaitu 104 Kitab dan Iman kita kepada Hari yang kemudian iaitu Hari Qiamat.

Maka terkandunglah sekelian yang tersebut itu semuanya pada kata kita: "MUHAMMAD RASULLAH", ertinya Muhammad itu Persuruh Allah Ta'ala, kerana Nabi Muhammad itu membenarkan ia akan sekelian itu.

Maka nyatalah yang terkandung pada kata kita: ‘Muhammad itu Persuruh Allah Ta'ala ‘.

Dan 18 Simpulan Iman kita dan ;

4 daripada yang wajib dan;

4 daripada yang mustahil lawan yang wajib itu menjadi ;

8 dan;

2 harus menjadi;

10 dan;

4 - Iman kita akan segala Malaikat dan segala Rasul dan akan segala Kitab dan akan segala Hari Qiamat, menjadi;

14 dan;

4 segala lawannya menjadi;

18 (Lapan Belas).

Maka 18 ini dengan 50 dahulu pada kata; " LA ILLAHA ILLALLAH ", itu menjadi 68 Simpulan Iman kita.

Maka terkandunglah pula sekelian itu pada kata ;

" LA ILLAHA ILLALLAH , MUHAMMAD RASULULLAH "

Ertinya: "Tiada Tuhan Melainkan Allah"," Nabi Muhammad itu Persuruh Allah "

Maka tatkala sudah kita ketahui dan faham kita akan sekelian itu maka sempurnalah, sahlah kita kata ;

"Asy-hadu al-La illa haillallah Wa-asy haduan-na Muhammaddar-Rasulullah"

Ertinya: "Aku ketahuilah akan bahawasanya Tiada Tuhan yang disembah dengan sebenar-benar sembah, Melainkan Allah dan Aku ketahui akan bahawasanya Nabi Muhammad Rasulullah itu Persuruh Allah."

Dan jikalau belum kita ketahui maknanya sekeliannya itu adalah perkataan kita itu berdusta juga adanya belum lagi ada pada kita Ma'rifat, ertinya ‘ Mengenal ‘. Maksiat lagi taklid juga, ertinya mengikut-ikut kata orang jua. Seperti Sabda Nabi s.a.w :

Ertinya: " Apabila kamu ketahuilah terang seperti matahari nyatanya, maka naik saksilah kamu."

Yakni tiada lagi syak dan tiada zan dan tiada waham, semata-mata yakinlah kamu. Maka daripada Nabi diambil qias oleh segala Ahli Sufi r.a pada bicara Zikirullah itu hendaklah dilihat nyata cahayanya terang didalam hati seperti cahaya matahari atau cahya bulan atau seperti emas atau seperti perak yang baru tiada karatan lagi; yakni tiada syak dan tiada zan dan tiada waham ertinya tiada {kuras}dan sangka lagi didalam hati.

Nyata tersurat didalam hati itu yakni tetap teguhlah yakinnya dan pengenalannya akan imannya pada " La illaha illallah, Muhammad Rasulullah " itu yakni tasdiqnya akan dia didalam hatinya teguhlah dan tetaplah tiada berubah-ubah lagi kehendaknya itu. Telah diketahuilah serta fahamlah ia akan sekelian itu didalam hatinya.

Bukannya ada tersurat, yang tersuratnya didalam hatinya daging sekepal yang bernama jantung itu ada Kalimat Allah atau Muhammad didalam jantung ia seperti ambilan orang salah.

** WALLAHHU ALAM **







OLEH : SYEIKH NADZIR AS SAGHIR
BERBAGAI-BAGAI JENIS AMAL ADALAH KERANA BERBAGAI-BAGAI AHWAL (HAL-HAL)

Ini dalam memperkatakan tentang makrifat tentang gambaran makrifat tetapi tidak dikatakan makrifat dan tidak dihuraikan secara terus terang sebaliknya diperkatakan sebagai ahwal. Ahwal adalah jamak bagi perkataan hal. Hikmat ini membawa erti hal membentuk keadaan amal. Amal adalah perbuatan atau kelakuan lahiriah dan hal adalah suasana atau kelakuan hati. Amal berkaitan dengan “lahiriah” manakala hal berkaitan dengan “batiniah.” Oleh kerana hati menguasai sekalian anggota maka kelakuan hati iaitu hal menentukan bentuk amal iaitu perbuatan lahiriah.
Dalam pandangan tasauf, hal diertikan sebagai pengalaman rohani dalam proses mencapai hakikat dan makrifat. Hal merupakan zauk atau rasa yang berkaitan dengan hakikat ketuhanan yang melahirkan makrifatullah (pengenalan tentang Allah s.w.t). Oleh itu, tanpa hal tidak ada hakikat dan tidak diperolehi makrifat. Ahli ilmu membina makrifat melalui dalil ilmiah tetapi ahli tasauf bermakrifat melalui pengalaman lansung tentang hakikat.
Sebelum memperolehi pengalaman hakikat, ahli kerohanian terlebih dahulu memperolehi kasyaf iaitu terbuka keghaiban kepadanya. Ada orang mencari kasyaf yang dapat melihat makhluk ghaib seperti jin. Dalam proses mencapai hakikat ketuhanan kasyaf yang demikian tidak penting. Kasyaf yang penting adalah yang dapat mengenali tipu daya syaitan yang bersembunyi dalam berbagai-bagai bentuk dan suasana dunia ini. Kasyaf yang menerima hakikat sesuatu, walau apa jua rupa yang dihadapi, penting bagi pengembara kerohanian. Rasulullah s.a.w sendiri sebagai ahli kasyaf yang paling unggul hanya melihat Jibrail a.s dalam rupanya yang asli dua kali sahaja, walaupun pada setiap kali Jibrail a.s menemui Rasulullah s.a.w dengan rupa yang berbeza-beza, Rasulullah s.a.w tetap mengenalinya sebagai Jibrail a.s. Kasyaf yang seperti inilah yang diperlukan agar seseorang itu tidak tertipu dengan tipu daya syaitan yang menjelma dalam berbagai-bagai rupa yang hebat dan menawan sekalipun, seperti rupa seorang yang kelihatan alim dan warak.

AL-ALIM .
Bila seseorang ahli kerohanian memperolehi kasyaf maka dia telah bersedia untuk menerima kedatangan hal atau zauk iaitu pengalaman kerohanian tentang hakikat ketuhanan. Hal tidak mungkin diperolehi dengan beramal dan menuntut ilmu. Sebelum ini pernah dinyatakan bahawa tidak ada jalan untuk masuk ke dalam gerbang makrifat. Seseorang hanya mampu beramal dan menuntut ilmu untuk sampai hampir dengan pintu gerbangnya. Apabila sampai di situ seseorang hanya menanti kurniaan Allah s.w.t, semata-mata kurniaan Allah s.w.t yang membawa makrifat kepada hamba-hamba-Nya. Kurniaan Allah s.w.t yang mengandungi makrifat itu dinamakan hal. Allah s.w.t memancarkan Nur-Nya ke dalam hati hamba-Nya dan akibat dari pancaran itu hati akan mendapat sesuatu pengalaman atau terbentuk satu suasana di dalam hati. Misalnya, pancaran Nur Ilahi membuat hati mengalami hal bahawa Allah Maha Perkasa. Apa yang terbentuk di dalam hati itu tidak dapat digambarkan tetapi kesannya dapat dilihat pada tubuhnya yang menggigil hingga dia jatuh pengsan. Pancaran Nur Ilahi membuat hati mengalami hal atau zauk atau merasai keperkasaan Allah s.w.t dan pengalaman ini dinamakan hakikat, iaitu hati mengalami hakikat keperkasaan Allah s.w.t. Pengalaman hati tersebut membuatnya berpengetahuan tentang maksud Allah Maha Perkasa. Jadi, pengalaman yang diperolehi daripada zauk hakikat melahirkan pengetahuan tentang Tuhan. Pengetahuan itu dinamakan makrifat. Orang yang berkenaan dikatakan bermakrifat terhadap keperkasaan Allah s.w.t. Oleh itu untuk mencapai makrifat seseorang itu haruslah mengalami hakikat. Inilah jenis makrifat yang tertinggi. Makrifat tanpa pengalaman hati adalah makrifat secara ilmu. Makrifat secara ilmu boleh didapati dengan belajar, sementara secara zauk didapati tanpa belajar(laduni). Ahli tasauf tidak berhenti setakat makrifat secara ilmu malah mereka mempersiapkan hati mereka agar sesuai menerima kedatangan makrifat secara zauk.
Ada orang yang memperolehi hal sekali sahaja dan dikuasai oleh hal dalam tempuh yang tertentu sahaja dan ada juga yang berkekalan di dalam hal. Hal yang berterusan atau berkekalan dinamakan wisal iaitu penyerapan hal secara berterusan, kekal atau baqa. Orang yang mencapai wisal akan terus hidup dengan cara hal yang berkenaan. Hal-hal (ahwal) dan wisal boleh dibahagikan kepada lima jenis:
1 : Abid:
Abid adalah orang yang dikuasai oleh hal atau zauk yang membuat dia merasakan secara bersangatan bahawa dirinya hanyalah seorang hamba yang tidak memiliki apa-apa dan tidak mempunyai sebarang daya dan upaya untuk melakukan sesuatu. Kekuatan, keupayaan, bakat-bakat dan apa sahaja yang ada dengannya adalah daya dan upaya yang daripada Allah s.w.t. Semuanya itu adalah kurniaan-Nya semata-mata. Allah s.w.t sebagai Pemilik yang sebenar, apabila Dia memberi, maka Dia berhak mengambil kembali pada bila-bila masa yang Dia kehendaki. Seorang abid benar-benar bersandar kepada Allah s.w.t hinggakan sekiranya dia melepaskan sandaran itu dia akan jatuh, tidak bermaya, tidak boleh bergerak, kerana dia benar-benar melihat dirinya kehilangan apa yang datangnya dari Allah s.w.t. Hal atau suasana yang menguasai hati abid itu akan melahirkan amal atau kelakuan sangat kuat beribadat, tidak memperdulikan dunia dan isinya, tidak mengambil bahagian dalam urusan orang lain, sangat takut berjauhan dari Allah s.w.t dan gemar bersendirian. Dia merasakan apa sahaja yang selain Allah s.w.t akan menjauhkan dirinya daripada Allah s.w.t.
2 : Asyikin:
Asyikin ialah orang yang mendapat asyik dengan sifat Keindahan Allah s.w.t. Rupa, bentuk, warna dan ukuran tidak menjadi soal kepadanya kerana apa sahaja yang dilihatnya menjadi cermin yang dia melihat Keindahan serta Keelokan Allah s.w.t di dalamnya. Amal atau kelakuan asyikin ialah gemar merenung alam maya dan memuji Keindahan Allah s.w.t pada apa yang disaksikannya. Dia boleh duduk menikmati keindahan alam beberapa jam tanpa berasa jemu. Kilauan ombak dan titikan hujan memukau pandangan hatinya. Semua yang kelihatan adalah warna Keindahan dan Keelokan Allah s.w.t. Orang yang menjadi asyikin tidak memperdulikan lagi adab dan peraturan masyarakat. Kesedarannya bukan lagi pada alam ini. Dia mempunyai alamnya sendiri yang di dalamnya hanyalah Keindahan Allah s.w.t.
3 : Muttakhaliq:
Muttakhaliq adalah orang yang mencapai yang Haq dan bertukar sifatnya. Hatinya dikuasai oleh suasana Qurbi Faraidh atau Qurbi Nawafil. Dalam Qurbi Faraidh, muttakhaliq merasakan dirinya adalah alat dan Allah s.w.t menjadi Pengguna alat. Dia melihat perbuatan atau kelakuan dirinya terjadi tanpa dia merancang dan campur tangan, bahkan dia tidak mampu mengubah apa yang mahu terjadi pada kelakuan dan perbuatannya. Dia menjadi orang yang berpisah daripada dirinya sendiri. Dia melihat dirinya melakukan sesuatu perbuatan seperti dia melihat orang lain yang melakukannya, yang dia tidak berdaya mengawal atau mempengaruhinya. Hal Qurbi Faraidh adalah dia melihat bahawa Allah s.w.t melakukan apa yang Dia kehendaki. Perbuatan dia sendiri adalah gerakan Allah s.w.t, dan diamnya juga adalah gerakan Allah s.w.t. Orang ini tidak mempunyai kehendak sendiri, tidak ada ikhtiar dan tadbir. Apa yang mengenai dirinya, seperti perkataan dan perbuatan, berlaku secara spontan. Kelakuan atau amal Qurbi Faraidh ialah bercampur-campur di antara logik dengan tidak logik, mengikut adat dengan merombak adat, kelakuan alim dengan jahil. Dalam banyak perkara penjelasan yang boleh diberikannya ialah, “Tidak tahu! Allah s.w.t berbuat apa yang Dia kehendaki”.
Dalam suasana Qurbi Nawafil, pula muttakhaliq melihat dengan mata hatinya sifat-sifat Allah s.w.t yang menguasai bakat dan keupayaan pada sekalian anggotanya dan dia menjadi pelaku atau pengguna sifat-sifat tersebut, iaitu dia menjadi khalifah dirinya sendiri. Hal Qurbi Nawafil ialah berbuat dengan izin Allah s.w.t kerana Allah s.w.t mengurniakan kepadanya kebolehan untuk berbuat sesuatu. Contoh Qurbi Nawafil adalah kelakuan Nabi Isa a.s yang membentuk rupa burung dari tanah liat lalu menyuruh burung itu terbang dengan izin Allah s.w.t, juga kelakuan beliau a.s menyeru orang mati supaya bangkit dari kuburnya. Nabi Isa a.s melihat sifat-sifat Allah s.w.t yang diizinkan menjadi bakat dan keupayaan beliau a.s, sebab itu beliau a.s tidak ragu-ragu untuk menggunakan bakat tersebut menjadikan burung dan menghidupkan orang mati dengan izin Allah s.w.t.
4 : Muwahhid:
Muwahhid fana dalam zat, zatnya lenyap dan Zat Mutlak yang menguasainya. Hal bagi muwahhid ialah dirinya tidak ada, yang ada hanya Allah s.w.t. Orang ini telah putus hubungannya dengan kesedaran basyariah dan sekalian maujud. Kelakuan atau amalnya tidak lagi seperti manusia biasa kerana dia telah terlepas dari sifat-sifat kemanusiaan dan kemakhlukan. Misalkan dia bernama Ahmad, dan jika ditanya kepadanya di manakah Ahmad, maka dia akan menjawab Ahmad tidak ada, yang ada hanyalah Allah! Dia benar-benar telah lenyap dari ke‘Ahmad-an’ dan benar-benar dikuasai oleh ke‘Allah-an’. Ketika dia dikuasai oleh hal dia terlepas daripada beban hukum syarak. Dia mungkin melaungkan, “Akulah Allah! Maha Suci Aku! Sembahlah Aku!” Dia telah fana dari ‘aku’ dirinya dan dikuasai oleh kewujudan ‘Aku Hakiki’. Walau bagaimana pun sikap dan kelakuannya dia tetap dalam keredaan Allah s.w.t. Apabila dia tidak dikuasai oleh hal, kesedarannya kembali dan dia menjadi ahli syariat yang taat. Perlu diketahui bahawa hal tidak boleh dibuat-buat dan orang yang dikuasai oleh hal tidak berupaya menahannya. Ahli hal karam dalam lakuan Allah s.w.t. Bila dia melaungkan , “Akulah Allah!” bukan bermakna dia mengaku telah menjadi Tuhan, tetapi dirinya telah fana, apa yang terucap melalui lidahnya sebenarnya adalah dari Allah s.w.t. Allah s.w.t yang mengatakan Dia adalah Tuhan dengan menggunakan lidah muwahhid yang sedang fana itu.
Berbeza pula golongan mulhid. Si mulhid tidak dikuasai oleh hal, tidak ada zauk, tetapi berkelakuan dan bercakap seperti orang yang di dalam zauk. Orang ini dikuasai oleh ilmu tentang hakikat bukan mengalami hakikat secara zauk. Si mulhid membuang syariat serta beriman berdasarkan ilmu semata-mata. Dia berpuas hati bercakap tentang iman dan tauhid tanpa beramal menurut tuntutan syariat. Orang ini bercakap sebagai Tuhan sedangkan dia di dalam kesedaran kemanusiaan, masih gelojoh dengan keinginan hawa nafsu. Orang-orang sufi bersepakat mengatakan bahawa sesiapa yang mengatakan, “Ana al-Haq!” sedangkan dia masih sedar tentang dirinya maka orang berkenaan adalah sesat dan kufur!
5 : Mutahaqqiq:
Mutahaqqiq ialah orang yang setelah fana dalam zat turun kembali kepada kesedaran sifat, seperti yang terjadi kepada nabi-nabi dan wali-wali demi melaksanakan amanat sebagai khalifah Allah di atas muka bumi dan kehidupan dunia yang wajib diuruskan. Dalam kesedaran zat seseorang tidak keluar dari khalwatnya dengan Allah s.w.t dan tidak peduli tentang keruntuhan rumah tangga dan kehancuran dunia seluruhnya. Sebab itu orang yang demikian tidak boleh dijadikan pemimpin. Dia mesti turun kepada kesedaran sifat baharulah dia boleh memimpin orang lain. Orang yang telah mengalami kefanaan dalam zat kemudian disedarkan dalam sifat adalah benar-benar pemimpin yang dilantik oleh Allah s.w.t menjadi Khalifah-Nya untuk memakmurkan makhluk Allah s.w.t dan memimpin umat manusia menuju jalan yang diredai Allah s.w.t. Orang inilah yang menjadi ahli makrifat yang sejati, ahli hakikat yang sejati, ahli tarekat yang sejati dan ahli syariat yang sejati, berkumpul padanya dalam satu kesatuan yang menjadikannya Insan Rabbani. Insan Rabbani peringkat tertinggi ialah para nabi-nabi dan Allah s.w.t kurniakan kepada mereka maksum, sementara yang tidak menjadi nabi dilantik sebagai wali-Nya yang diberi perlindungan dan pemeliharaan.
Ahwal (hal-hal) yang menguasai hati nurani berbeza-beza, dengan itu akan mencetuskan kelakuan amal yang berbeza-beza. Ahwal mesti difahami dengan sebenar-benarnya oleh orang yang memasuki latihan tarekat kerohanian, supaya dia mengetahui, dalam amal yang bagaimanakah dia mendapat kedamaian dan mencapai maksud dan tujuan, apakah dengan sembahyang, zikir atau puasa. Dia mesti berpegang sungguh-sungguh kepada amal yang dicetuskan oleh hal tadi, agar dia cepat dan selamat sampai ke puncak.
——————————————————————————
1:Gambaran, ingatan, tarikan dan keinginan terhadap benda-benda alam seperti harta, perempuan, pangkat dan lain-lain.
2: Kehendak atau syahwat yang mengarahkan perhatian kepada apa yang dikehendaki.
3: Kelalaian yang menutup ingatan terhadap Allah s.w.t.
4: Dosa yang tidak dibasuh dengan taubat masih mengotorkan hati.
Diri manusia tersusun daripada anasir
i.tanah,
ii.air,
iii.api dan
iv.angin.
Ia juga diresapi oleh unsur-unsur alam seperti galian, tumbuh-tumbuhan, haiwan, syaitan dan malaikat. Tiap-tiap anasir dan unsur itu menarik hati kepada diri masing-masing. Tarik menarik itu akan menimbulkan kekacauan di dalam hati. Kekacauan itu pula menyebabkan hati menjadi keruh. Hati yang keruh tidak dapat menerima sinaran nur yang melahirkan iman dan tauhid. Mengubati kekacauan hati adalah penting untuk membukakannya bagi menerima maklumat dari Alam Malakut. Hati yang kacau itu boleh distabilkan dengan cara menundukkan semua anasir dan unsur tadi kepada syariat. Syariat menjadi tali yang dapat mengikat musuh-musuh yang cuba menawan hati. Penting bagi seorang murid yang menjalani jalan kerohanian menjadikan syariat sebagai payung yang mengharmonikan perjalanan anasir-anasir dan daya-daya yang menyerap ke dalam diri agar cermin hatinya bebas daripada gambar-gambar alam maya. Bila cermin hati sudah bebas daripada gambar-gambar dan tarikan tersebut, hati dapat menghadap ke Hadrat Ilahi.
Selain tarikan benda-benda alam, hati boleh juga tunduk kepada syahwat. Syahwat bukan sahaja rangsangan hawa nafsu yang rendah. Semua bentuk kehendak diri sendiri yang berlawanan dengan kehendak Allah s.w.t adalah syahwat. Kerja syahwat adalah mengajak manusia supaya lari dari hukum dan peraturan Allah s.w.t serta membangkang takdir Ilahi. Syahwat membuat manusia tidak reda dengan keputusan Allah s.w.t. Seseorang yang mahu menuju Allah s.w.t perlulah melepaskan dirinya dari belenggu syahwat dan kehendak diri sendiri, lalu masuk ke dalam benteng aslim iaitu berserah diri kepada Allah s.w.t dan reda dengan takdir-Nya.
Perkara seterusnya yang yang diperkatakan sebagai ilmu hikmatialah junubbatin tidak suci dan dilarang melakukan ibadat atau memasuki masjid. Orang yang berjunub batin pula tertegah dari memasuki Hadrat Ilahi. Orang yang di dalam junub batin iaitu lalai hati, kedudukannya seperti orang yang berjunub zahir, di mana amal ibadatnya tidak diterima. Allah s.w.t mengancam untuk mencampakkan orang yang bersembahyang dengan lalai (dalam keadaan berjunub batin) ke dalam neraka wil. Begitu hebat sekali ancaman Allah s.w.t kepada orang yang menghadap-Nya dengan hati yang lalai.
Mengapa begitu hebat sekali ancaman Allah s.w.t kepada orang yang lalai? Bayangkan hati itu berupa dan berbentuk seperti rupa dan bentuk kita yang zahir. Hati yang khusyuk adalah umpama orang yang menghadap Allah s.w.t dengan mukanya, duduk dengan tertib, bercakap dengan sopan santun dan tidak berani mengangkat kepala di hadapan Maharaja Yang Maha Agung. Hati yang lalai pula adalah umpama orang yang menghadap dengan belakangnya, duduk secara biadab, bertutur kata tidak tentu hujung pangkal dan kelakuannya sangat tidak bersopan. Perbuatan demikian adalah satu penghinaan terhadap martabat ketuhanan Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi. Jika raja didunia murka dengan perbuatan demikian maka Raja kepada sekalian raja-raja lebih berhak melemparkan kemurkaan-Nya kepada hamba yang biadab itu dan layaklah jika si hamba yang demikian dicampakkan ke dalam neraka wil. Hanya hamba yang khusyuk, yang tahu bersopan santun di hadapan Tuhannya dan mengagungkan Tuhannya yang layak masuk ke Hadrat-Nya, sementara hamba yang lalai, tidak tahu bersopan santun tidak layak mendekati-Nya.
Perkara yang ke empat adalah dosa-dosa yang belum ditebus dengan taubat. Ia menghalang seseorang daripada memahami rahsia-rahsia yang halus-halus. Pintu kepada Perbendaharaan Allah s.w.t yang tersembunyi adalah taubat! Orang yang telah menyuci-bersihkan hatinya hanya mampu berdiri di luar pintu Rahsia Allah s.w.t selagi dia belum bertaubat, samalah seperti orang yang mati syahid yang belum menjelaskan hutangnya terpaksa menunggu di luar syurga. Jika dia mahu masuk ke dalam Perbendaharaan Allah s.w.t yang tersembunyi yang mengandungi rahsia yang halus-halus wajiblah bertaubat. Taubat itu sendiri merupakan rahsia yang halus. Orang yang tidak memahami rahsia taubat tidak akan mengerti mengapa Rasulullah s.a.w yang tidak pernah melakukan dosa masih juga memohon keampunan sedangkan sekalipun baginda s.a.w berdosa semuanya diampunkan Allah s.w.t. Adakah Rasulullah s.a.w tidak yakin bahawa Allah s.w.t mengampunkan semua dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan baginda s.a.w (jika ada)?
Maksud taubat ialah kembali, iaitu kembali kepada Allah s.w.t. Orang yang melakukan dosa tercampak jauh daripada Allah s.w.t. Walaupun orang ini sudah berhenti melakukan dosa malah dia sudah melakukan amal ibadat dengan banyaknya namun, tanpa taubat dia tetap tinggal berjauhan dari Allah s.w.t. Dia telah masuk ke dalam golongan hamba yang melakukan amal salih tetapi yang berjauhan bukan berdekatan dengan Allah s.w.t. Taubat yang lebih halus ialah pengayatan kalimat:
“Laa Hau la wala quwata illa billah.”
Tiada daya dan upaya melainkan anugerah Allah s.w.t.
“Inna Lillillahi wa-inna ilai-irajiun”
Kami datang dari Allah s.w.t dan kepada Allah s.w.t kami kembali.
Segala sesuatu datangnya dari Allah s.w.t, baik kehendak mahupun perbuatan kita. Sumber yang mendatangkan segala sesuatu adalah Uluhiyah (Tuhan) dan yang menerimanya adalah ubudiyah (hamba). Apa sahaja yang dari Uluhiyah adalah sempurna dan apa sahaja yang terbit dari ubudiyah adalah tidak sempurna. Uluhiyah membekalkan kesempurnaan tetapi ubudiyah tidak dapat melaksanakan kesempurnaan itu. Jadi, ubudiyah berkewajipan mengembalikan kesempurnaan itu kepada Uluhiyah dengan memohon keampunan dan bertaubat sebagai menampung kecacatan. Segala urusan dikembalikan kepada Allah s.w.t. Semakin tinggi makrifat seseorang hamba semakin kuat ubudiyahnya dan semakin kerap dia memohon keampunan dari Allah s.w.t, mengembalikan setiap urusan kepada Allah s.w.t, sumber datangnya segala urusan.
Apabila hamba mengembalikan urusannya kepada Allah s.w.t maka Allah s.w.t sendiri yang akan mengajarkan Ilmu-Nya yang halus-halus agar kehendak hamba itu bersesuaian dengan Iradat Allah s.w.t, kuasa hamba sesuai dengan Kudrat Allah s.w.t, hidup hamba sesuai dengan Hayat Allah s.w.t dan pengetahuan hamba sesuai dengan Ilmu Allah s.w.t, dengan itu jadilah hamba mendengar kerana Sama’ Allah s.w.t, melihat kerana Basar Allah s.w.t dan berkata-kata kerana Kalam Allah s.w.t. Apabila semuanya berkumpul pada seorang hamba maka jadilah hamba itu Insan Sirullah (Rahsia Allah s.w.t).
MAHA SUCI ALLAH YANG MENUTUPI RAHSIA KEISTIMEWAAN (PARA WALI) DENGAN DIPERLIHATKAN SIFAT KEMANUSIAAN BIASA KEPADA ORANG RAMAI DAN TERNYATA KEBESARAN KETUHANAN ALLAH S.W.T DALAM MEMPERLIHATKAN SIFAT KEHAMBAAN (PADA PARA WALI-NYA). Orang yang jahil dan lemah imannya mudah terlintas sangkaan apabila berhadapan kejadian yang luar biasa yang terzahir daripada seseorang manusia. Nabi Ia a.s dilahirkan secara luar biasa, dan padanya terzahir mukjizat yang luar biasa, menyebabkan segolongan manusia menganggap beliau a.s sebagai anak Tuhan. Uzair yang ditidurkan oleh Allah s.w.t selama seratus tahun dan dijagakan di kalangan generasi yang sudah melupai Kitab Taurat, lalu Uzair membacakan isi Kitab Taurat dengan lancar. Orang ramai pun menganggap Uzair sebagai luar biasa, lalu mengangkatnya sebagai anak Tuhan. Orang ramai sering mengagungkan manusia yang memiliki kebolehan yang luar biasa. Kadang-kadang cara pengagungan itu sangat keterlaluan sehingga orang yang diagungkan itu didudukkan pada taraf yang melebihi taraf manusia. Selain dianggap sebagai anak Tuhan, ada juga yang dianggap sebagai penjelmaan Tuhan. Timbul juga penabalan sebagai Imam Mahadi yang dijanjikan Tuhan. Kesan pemujaan sesama manusia banyak terdapat pada lembaran sejarah. Pemujaan yang demikian disifatkan Allah s.w.t sebagai mempertuhankan makhluk. Perkara ini berlaku kerana salah mentafsirkan kejadian luar biasa yang terzahir pada orang berkenaan, walaupun mereka tidak meminta diagungkan. Perkara luar biasa yang terjadi pada nabi-nabi dinamakan mukjizat dan yang terjadi pada wali-wali dinamakan keramat. Mukjizat menjadi sebahagian daripada bukti atau hujah kepada orang ramai tentang kebenaran kenabian. Fungsi utama mukjizat adalah memperkuatkan keyakinan orang ramai kepada seseorang nabi itu. Sesuai dengan fungsinya mukjizat berlaku secara terbuka dan diketahui umum. Keramat pula merupakan kurniaan khusus kepada para wali. Tujuan utamanya adalah untuk menambahkan keyakinan wali itu sendiri. Ia bukan bertujuan untuk membuktikan kedudukan wali itu kepada orang ramai. Kekeramatan banyak berlaku pada zaman akhir ini, jarang berlaku pada zaman Rasulullah s.a.w dan para sahabat, sedangkan para sahabat baginda s.a.w adalah aulia Allah yang agung. Sebahagian daripada mereka telah pun diistiharkan sebagai ahli syurga ketika mereka masih hidup lagi. Mereka sudah memiliki iman yang sangat teguh, tidak perlu kepada kekeramatan untuk menguatkannya. Jaminan syurga yang diberikan oleh Rasulullah s.a.w tidak membuat mereka mengurangkan khidmat bakti mereka kepada Allah s.w.t. Umat yang akhir ini tidak memiliki hati sebagaimana umat pada zaman Rasulullah s.a.w. Umat zaman akhir ini memerlukan kekeramatan sebagai penawar yang menguatkan hati mereka. Oleh sebab kekeramatan itu lebih berguna untuk diri sendiri, maka ia lebih banyak berlaku secara tersembunyi, hanya sebilangan kecil yang menyaksikannya atau kadang-kadang tidak ada yang melihatnya. Sifat kewalian dizahirkan kepada wali Allah itu sendiri sedangkan kepada orang ramai dizahirkan sifat manusia biasa, hinggakan orang ramai tidak mengetahui kedudukannya yang sebenar. Dengan demikian seseorang wali Allah itu diberi layanan sebagai manusia biasa. Dia perlu hidup dan menguruskan kehidupan seperti orang ramai. Perilakunya yang memakai sifat kemanusiaan biasa menjadi contoh kepada orang ramai, bagaimana mahu menjalani kehidupan di dunia dengan mentaati Allah s.w.t. Rasulullah s.a.w menjalani kehidupan sebagai manusia biasa di mana baginda s.a.w terpaksa mengikat perut dengan kain bagi menahan lapar, padahal dengan hanya berdoa kepada Allah s.w.t baginda s.a.w boleh menjadi kenyang tanpa makan. Para nabi dan para wali adalah manusia yang menjadi model untuk diikuti oleh orang ramai. Jika mereka hidup secara istimewa seperti bergerak secepat kilat dan kenyang tanpa makan, sudah tentu tidak ada manusia yang dapat mengikut mereka. Oleh itu apabila Allah s.w.t memakaikan sifat kehambaan seperti orang ramai kepada para nabi dan para wali-Nya itu adalah bagi kebaikan manusia umum. Orang ramai boleh mengikut contoh yang mudah dan tidak timbul pemujaan sesama manusia yang boleh membawa kepada syirik.

Minggu, 13 Mei 2012

pidato seren sumeren


BABASAN PAMASRAHAN BAKAL PANGANTEN PAMEGET.
Ass. Wr. wb
Bismillah jadi sekar pangiring catur, ngajadi tuturus laku, muru sampurnaning rahayu, banjaran jatining bagja.
Alhamdulillah panyinglar Riya jeung Sum’ah, anu pasolengkrah nyaruntah dina galeuh leuleumbutan, panundung ujub jeung takabur,  anu ngagojod dina qolbu, pangusir anu ngadaki dina ati, nu tinggal iwal ti setra bersihna ati, geusan nampa jorelatna hidayah al-qur’an jeung sunnah Rosululloh SAW.
Ku ucapan kalimat syahadataen, anu netepkeun pagusten, bari pasang subaya ka gusti nu maha suci, Insya Alloh moal arek lunca linci, mulang udar tina tali gadang, najan tepi ka iraha oge, keukeuh kukuh, anteng manteng moal rek monteng, najan loba nu muntangan.
Sholawat salam teh hiji do’a, nu nandakeun kadeudeuh sareng kameumeut anu maneuh, ka gusti junjunan alam, kakasih Alloh, habibana wanabiyana Muhammad SAW, ka kulawargina, miwah ka para shohabatna, sareng ka jalma anu turut tumut kamantena, pamugi kalebet urang sadayana. Amiin.  
Para hadirin wal hadiroh rohimakumulloh! Utamina pangersa Al-mukarom al-mukaromah, biyang sareng ramana bakal panganten istri, kalih sadaya kawargiannana.
Saur paripaos sepuh tea mah, sim abdi dina ieu sa’at, lambe sambung lemek, ilat sambung talatah, sampean sambung lengkah, kenging ka percanteunan ti pangersa Al-mukarom al-mukaromah Bapa ………………….. kanggo ngadugikeun pamaksadannana.
Dupi anu kahiji ngadugikeun hatursewu panuhun, laksaketining kabingahan manah, ka kasih ati miwah ka kulawargi bakal panganten istri.
Anu kaduana, seja nyuhunkeun sihapunteun kasadayana, tina sugrining kalepatan, bilih rombongan anu sumping, kirang tata titi duga sareng peryogana, kasadayana neda tawakuf sareng hapuntena bae.
Anu katiluna, nyanggakeun silaturrohmi ka sadayana pamugi kersa nampina, kalayan pamugi Alloh SWT ngersakeun maparin paedah silaturrahmina. Amiin ya robbal ‘alamiin.
Dupi anu kaopatna, sumeja unjuk kapihatur sarehna di rorompok teh, gaduh putra anu keur mangsana remaja, gumeleber kumalayang, mapai-mapai raratan qodar pangeran, sumiriwik nitih taqdir ti ajali, kumawantun lolongok ka lebet kebon patamanan kagungan bapa……… didieu, rupina bae pasarandog amprok, sareng sekar anu nuju mangkak nantang seuseup, atuh waktos wangsul ka rorompok teh, katingal pun anak guling gasahan, lir kadudut lelembutan, kapentang mamaras rasa. Hoyong metik naming heunteu wanton, sanaos aya paripaos, batu turun keusik naek kalapa tonggoheunnana, Jang ……..  daek, Nenk ………… daek, sami sami pada bogoheunnana, saumpami heunteu kawidian kunu kagungan taman, da gening taman teh di pageur ku ajaran agama sareng susila.
Ku kituna unjuk kapihatur campaka teh hoyong dipetik, pangersa bapa kalih ibu pamugi widi, seja di anggo aleman sungkeman, pupunden rasa, buah ati, tempat kasucian ati, tempat sasampayan kaheman rasa, di damel batur hirup Saumur-umur, diajak sasarengan ngojayan sagara rumah tangga, neuleuman caladi laki rabi, pamugi pinareng tinemu bagja tansah kinayungan, salamina aya dina kaasih gusti anu maha suci, Amiin, rupina kitu gerentes pun anak teh.
Atuh waktos ayeuna, kagok asong kapalang rongkong, tatandang nu bakal mindang, balebat mangsana miyang, cunduk waktu nu rahayu, nitih wanci nu mustar, ninggang mangsa nu utama, malati ligarna ati, kembang tanjung nu gumulung, pameungkeut cangreud kadeudeuh, pakait patali asih, antawis Jang ……. Ka Neng …… pinasti rintih ngahiji, subaya nu bakal nyata, geugeut layeut laki rabi, sumangga urang sakseni.
Salajengna sim abdi, kalawan asamana Bapa …… nyaeta sepuh calon bakal panganten pameugeut, neda panyaksen ti sadayana kalayan ucapan BISMILLAHIRROHMANIRROHIIM!
Mangga nyanggakeun pun anak anu wastana, Ujang ………. Ka pangersa bapa kalih  ibu ……… kanggo di dahupkeun ka tuang putrid anu wastana Neng ………
Luyu sareng babadantenan urang kapungkur naming saleresnamah nyanggakeun teh mung nyanggakeun wungkul awak sakujur, tiluhur sahibas rambut, tihandap sahibas dampal, tigigir sapanggiling gisik kulit, rambutna salambar, getihna satetes, tulangna sahuntu, nafasna sadada, kabodoan sareng ireng kataligeuhannana, sanggem paripaos tea mah:
Ditekuk maung,
Katinggang pangpung,
Ilang alang marga hina,
Sumangga seja nyanggakeun….
Namung pun anak teh heunteu barang bantun anu nyugeumakeun, keupat kapitkeupat nampah teh saleresna, teu janjang jinjing, teu kapal keupeul, atuh eta mah manawi aya anu dijinjing anu di tangeuy, etang-etang tilam kadeudeuh bae ti pun anak ka tuang putrid didieu, pamugi katampi.
Pamungkas ti sim abdi, seja I’tidar sanduk-=sanduk papalaku, bilih bae aya sanggeum nu maduuk kana kalbu, ngagaris kana ing panggalih, langkung sahur bahe carek, aya basa kirang merenah, aya kecap kalepasan, pamugi bae sadayana, utamina pangersa sepuhna bakal panganten istri miwah sadaya kulawargi, mugi ageing cukup lumur pangapunten, neda jembar pangampura, kersa ngamparkeun lautan pangaksami, akhirna mangga sapurati ngahatutkeun.
 Wass. Wr. Wb.

BABASAN PANAMPIAN BAKAL PANGANTEN PAMEGET TI PIHAK BAKAL PANGANTEN ISTRI.
Ass. Wr. Wb
Ku aosan bismillah alhamdu;lillah nyanggakeun pujian ka dzat anu maha heman, anu parantos ngelelerkeun kani’matan nu ageungna nu alitna dipasihkeun ka urang sadayana, terutamina ni’mat Iman sareng Islam.
Ku aosan syahadataen urang be’at, ti dunya parat nepi ka akherat, sahingga Iman urang jadi kuat, siga batu karang dilautan, najan angin topan reujeung ombak ngamuk, ngabenturan batu karang, pikeun muslim mah teu aya deui rumus iwal ti nyodorkeun awak na!
Sholawat miwah kawilujeungan, pamugi salamina dilelerkeun ka panutan alam habibana wa nabiyana Muhammad SAW. Ka kulawargina miwah sahabatna, sareng ka jalmi anu tumut ka mantena kalebet urang sadayana.
Al-mukarom al-mukaromah ‘alim ‘ulama para ju’ama, para tatamu uleman sadayana, utamina calon besan, pangersa al-mukarom al-mukaromah bapa kalih ibu sepuhna bakal pameget, teu kakantun sesepuh rombongan, miwah sadayana rombongan rohimakumulloh.
Nuhun sarebu kali nuhun, gerah salaksa kabingah, sarehna sim abdi kalawan asmana pangersa bapa ……… sakalih, ngahaturkeun nuhun kana kasumpingannana. Jazaakumulloh bi ahsanil jazaa.
Kalih perkawis sim abdi teh upami sanggem paripaos tea mah, lambe sambung lemek, ilat sambung talatah, sampean sambung lengkah, saat ieu kenging ka percanteunan ti pangersa Al-mukarom al-mukaromah Bapa …………………..sepuhna calon panganten istri, kanggo ngadugikeun 1. Kasadayana anu sumping, ngahaturkeun sewu panuhun, sarehna ku rawuhna sadayana, mangrupikeun kahurmatan anu utami, sim abdi kalan asmana bapa ……… estu janteun kasugema’an manah, natak teleb kana lelembutan, katampi ku astakalih kasangga ka hingga murda, pamugi ginanjar lebeting nugraha tinu maha kawasa.
2. penghormatan anu kasanggakeun, ku pangangkeun sareng ku pitempatan, kieu buktosna anu tiasa kahaturkeun, kantenan ku tuangen sareng ku leu’euteun moal tiasa nyugemakeun, sadayana ieu taya maksad ngalungsurkeun martabat sareng kahurmatan, rupina saat ieu mung sakieu kakiatan tinu maha suci anu katampiku kulawargi sim abdi.
3. silatuahmi ti sadayana kalintang pisan ditampina, pamugi janteun tatali asih, nga eratkeun tali mimitra’an ka insanan, lungsurna utami ka islaman, sadayana kengig faedah silaturrohmu. Amiin!!!.
4. kasadayana bae utami ka bakal besan sumeja unjuk kapihatur sarehna dirorompok teh gaduh mojang anu nuju mangkak nangtang seuseup, lir ibarat kembang campaka nu nembe linggar, ma’lum nu tos janteun bakat, endah bawana ngajadi, sumawur wangining arum, arum-arum sekar wangi, wangi nu katebak angin, ka angseu ku hiji jajaka, jajaka nu keur mejehna remaja putra, kumalayang gumeleber, mapai-mapai laratan qodar pangeran, sumiriwik taqdir, ti ajali, siga nu milari tempat nyeuseup.
Salajeungna pun anak, ma’lum kiat ku kahoyong, mana leweh kalah waleh, wawartos ka sim abdi hoyong pangmilarikeun pang mapagkeun, kana kituna ma’lum “batu turun keusik naek, kalapa tonggoheunnana, Neng …….. purun, Jang ……… sami purun, tegesna pada bogoheunnana.hoyong kauntun tipung, katambang beas kapalupuh nangtung kapiduriat laksana sapaneja.
Alhamdulillah ngalangkungan pamasrahan ti asmana kasepuhan bakal besan ka kuping ku sim abdi, teleb kana lelembutan, estu janten kasugemaan, ditampi ku asta kalih kasangga ka lingga murda.
Beu ujang anaking di tampi ku apa, ku amah miwah sadaya kulawargi ditampi, tiluhur sausap ketu, tihandap sahibas sapatu, tigigir sabudeur baju, hideup jadi putra bapa anu anyar, moal di benteun-benteun, prak geura niatan rumah tangga teh  seja ‘ibadah ka Alloh, demi ngalaksanakeun parentah Alloh, seja milari ridhona alloh, sabab ieu kajadian the Ta’tsir Qudrot Irodat Alloh.
Insya alloh saumpamina hideup kitu paniatan moal sa’at ku ganjaran, moal leungit kasonoan, rumah tangga bakal harmonis, pinuh ku katentreman, moal bakal “habis manis sepah dibuang”, tapi bakal “ habis manis sepah kepah”, keur meuhneur ‘ibadah ku neuhneurna, tos peot ‘ibadah ku peotna, salamina moal leungiteun lapangan ‘ibadah.
Cenah eta panganten heunteu barang candak  barina oge hawatos teuing panganten barang candak mah, nu peryogina mah barang anu kacandak bae, pesenan kanggo pun anak, duka naon jenenganna mah, parioskeun bae engke ku Neng ……. Kanu nyandakna.
Pamungkaas caarios, kana sagala pamasrahan abdi kalawan asmana sepuh bakal panganten istri, nampi kalayan ku kabingahan, bakal panganten pamegeet bade enggal di istrenan, mangga sakseni ku sadayana, sodaqohna oge ditampi.
Kana kakirangan sareng kalangkungan dina panampianna, reka basa anu kirang mernah, ngukir catur nu teu ka ukur, matak ngagaris kana ati, matak rengat kana manah, neda tawakuf sareng hapunteuna, mugia sadayana kersa ngamparkeun lautan pangaksami, kana perhatosannana ngadugikeun: jazaakumulloha biahsanil jaza.
Wass. Wr. Wb.